KPID (Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah) "AWARD" 2017 Provinsi Lampung
Ajang Penghargaan Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah (KPID) Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema Penyiaran
Sehat Menuju Lampung Yang Helaw" yang dilaksanakan di Gedung Mahligai Pasca
Sarjana Universitas Bandar Lampung,Selasa,28 November 2017.
Kegiatan dihadiri Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID Lampung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID Lampung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Kegiatan dihadiri Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID Lampung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID Lampung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Dalam Sambutannya Ketua KPID Lampung Bpk
M.Thamrin S.Hut Mengatakan Kegiatan Ini Merupakan Apresiasi kami kepada penyiar
baik media, siaran Tv/ Radio, kami ingin memberikan penghargaan sebanyak 15
kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20 televisi.
Kategori Buletin Berita Dimenangkan Oleh
Radar Tv, Kategori Talks Show dimenangkan Oleh TVRI Lampung, Penyiar Radio
Terbaik Dimenangkan Adi Ardiansyah Dari Radio Saba Putra, Penyiar TV Terbaik
dimenangkan Oleh Yudiin Samantha Dari Tegar TV dan 11 Kategori Lainnya.
Harapannya jika Media, Penyiar TV/Radio
mempunyai peran besar dalam Pembangunan Provinsi Lampung dan mempunyai satu
tekad menuju lampung helaw, saya sangat amat berterimakasih kepada Gubernur
Lampung karena Pak Gubernur Lampung adalah gubernur yang peduli akan penyiaran
(Gubernur Lampung Mendapatkan Pengharagaan Sebagai satu satunya Gubernur Yang
Peduli Penyiaran Daerah).
Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo Dalam
Sambutannya mengatakan,"Untuk Memajukan Penyiaran dan informasi yang ada
diprovinsi lampung kita harus memperhatikan kualitas, penyiaran dan informasi
harus sehatdan positif, sehingga penyiaran dapat menghadirkan negara dan rasa
kebhinekaan pada masyarakat dan tentunya diri kita masing-masing, Selamat Bagi Pemenang
Award KPID 2017 Semoga Pemenang Dapat Menjadi Contoh Untuk Kedepannya Dan Bagi
Yang Belum Menang Tetap Bersemangat Dan Bersaing Dengan Sehat Dan Positif.
Dalam sambutannya, Ketua KPID Lampung Tamri Suhaimime kegiatan
tersebut merupakan apresiasi bagi lembaga penyiaran yang
mengedukasi. Sebanyak 15 kategori diperebutkan 35 radio dan 20
televisi "Penyiaran berperan
penting dalam pembangunan daerah, " kata dia.
Pada KPID Award ke-7 tersebut, seluruh lembaga penyiaran
diharapkan menyajikan tayangan bermutu. KPID Lampung berterima kasih
kepada Gubernur Lampung yang peduli pada penyiaran daerah. Sementara
itu, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengapresiasi penyelenggaraan KPID
Lampung Award 2017. Menurut dia, pemerintah berkepentingan
menjaga penyebaran informasi yang benar dan kontekstual. Kehadiran
informasi yang benar amat penting, termasuk dalam menjaga keutuhan
bangsa. Kebersamaan masyarakat dan pemerintah bisa dilakukan oleh lembaga
penyiaran. "Informasi yang disampaikan lembaga penyiaran semakin positif,"
kata Ridho. Media ikut bertugas menjaga keutuhan bangsa.
KPID harus menjalankan tugas secara optimal. tutur
Ridho, KPID berperan penting mendorong lembaga penyiaran memproduksi
siaran yang mengedukasi. "Selamat kepada para pemenang yang akan
menjadi contoh selama setahun ke depan. Bagi yang belum
menang, teruslah menyempurnakan karya," kata Ridho.
SEPATUGAL
(SMK MA’ ARIF SEMAKA TENGGAMUS)
Disebut
Sepatu tugal (Sepatugal) karena ini sepatu yang dapat di gunakan petani
sekaligus sebagi alat tanaman palawija. Jadi sepatu yang dimaksud disini adalah
sepatu tugal tanaman. Sepatugal Merupakan sepatu kerja petani berbentuk sepatu
boot dengan bagian tumit bertugal. Peralatan semi mekanisme hasil pengembangan
teknologi dari Sekolah Smk Ma’ Arif
Semaka Tenggamus berupa modifikasi model penanaman yang awalnya manual
dijadikan semi mekanis.
Alat
semi mekanis yang pada umumnya menempatkan tempat benih (hopper) di ujung alat
dan di bebani ke tangan di pindahkan ke punggung, dimana punggung merupakan
bagian tubuh yang dapat menopang beban yang cukup besar. Selain mata tugal yang
biasanya di bebankan ke tangan saat melubangi atau mobilisasi dipindahkan ke
ujung tumit. Ujung tumit merupakan bagian tubuh yang berfungsi menopang seluruh
bagian tubuh, sehingga gaya tekannya yang cukup besar digunakan untuk melubangi
lahan.
Cara Kerjanya
1. Cara
kerjanya dalam alat ini adalah Dengan sistem berjalan biasa dengan mengayunkan
pegasnya itu,
2. Mata
tugal yang biasanya dibebankan ke tangan saat melubangi dipindahkan keujung
tumit.
3. Ujung
tumit merupakan bagian tubuh yang berfungsi menopang seluruh bagian tubuh, sehingga
ada gaya tekan yang cukup besar untuk melubangi lahan.
Pencipta dari Sepatugal ini yaitu :
M. Nafis Rohman
Fungsi Sepatugal :
·
Sepatugal dapat terus membantu petani
dalam meningkatkan produktivitas hasil panen. Salah satu caranya, Sepatugal
memberikan efisien kerja yang lebih tinggi dibandingkan alat yang telah ada.
·
Dapat membantu masyarakat khususnya
masyarakat pedesaan yang melakukan kegiatan pertanian langsung agar lebih mudah
melakukan proses penanaman dengan keergonomisan alat yang mengakibatkan hasil
penanaman lebih maksimal.
·
Untuk Membantu petani dan industri yang
memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan tanaman palawija, meningkatkan
efektifitas dan efisien proses penanaman palawija.
Manfaat Sepatugal :
1. waktu
yang digunakan lebih cepat di bandingkan menggunakan alat Tugal biasa atau alat
manual,
2. mempermudah
pekerja petani
3. alatnya
lebih ringan dan efisien
4. sepatugal
ini sekali jalan langsung dua garis.
5. Mengakibatkan
hasil penanaman yang maksimal
Latar Belakang
A Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan.
Gamolan termasuk dalam alat musik perkusi, Perkusi adalah sebutan bagi semua
instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan
maupun stik.Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol, kata begamol dalam
bahasa Lampung sama dengan kata begumul dalam bahasa melayu yang artinya
“berkumpul”. Maksudnya bahwa Gamolan dulunya digunakan untuk mengumpulkan
orang. Apabila terdengar suara Gamolan, atau ada yang memainkan Gamolan dengan
sendirinya masyarakat berkumpul mencari sumber suara Gamolan tersebut.
Pada
saat itu Gamolan sudah menjadi Alat Komunikasi. Dalam sejarah kehidupan
manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan dengan
perkembangan manusia itu sendiri. Musik oleh manusia dijadikan sebagai media
untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak mampu dibahasakan
melalui bahasa konvensional (Depdikbud Provinsi Lampung). Daerah Lampung Barat
merupakan tempat asal mula Gamolan, daerah ini terdiri dari pegunungan, dataran
tinggi dan dataran rendah yang berawa-rawa. Kondisi geografis Lampung Barat
umumnya masih banyak hutan, tanah dan air masih asli dan belum tersentuh oleh
industri, bahkan akses masuk untuk menuju ke ibukota kabupaten hanya 2
menggunakan satu-satunya jalan propinsi yang di kiri kanannya terdapat
jurang-jurang yang dalam (Hasyimkan : 2011).
Saat ini ada sebagian masyarakat
Lampung menyebut Gamolan dengan Gamolan Pekhing. Kata pekhing sama dengan
pering dalam bahasa Jawa yang berarti bambu. Dalam istilah Lampung, pekhing
menunjukkan seluruh jenis bambu baik yang ukurannya besar seperti bambu besar
(pekhing balak), maupun yang ukurannya kecil disebut pekhing juga. Tapi ada
juga yang menyebut bambu (pekhing) dengan sebutan buluh. Sebagian orang Lampung
saat ini juga menyebut instrumen ini dengan sebutan Kulintang. Oleh karena
instrumen ini terbuat dari bilahan bambu yang kalau dipukul keluar suara tang
atau tung, atau juga nang atau nung. Di samping itu juga masyarakat Lampung di
beberapa daerah lain selain Lampung Barat, tertutama Lampung Utara belum tahu
macam-macam jenis instrumen Lampung.
Dalam pandangan mereka setiap alat musik
yang bisa memainkan musik Lampung dinamakan Kulintang. Tapi menurut Safril Yamin,
penyebutan alat ini dengan Kulintang kurang tepat. Ia mengatakan bahwa nama
yang sebenarnya adalah Gamolan. Penyebutan musik Kulintang adalah berupa
intrumen Talo Balag, kalau di Lampung Barat Gamolan Balaq. Instrumen Talo Balaq
tersebut adalah terbuat dari perunggu, tabuhan atau lagu yang dipakai
mengadaptasi dari Gamolan (tesis Hasyimkan : 2011). Instrumen perunggu ini juga
dipakai oleh setiap suku Lampung yang telah mendapat pengaruh dari musik
perunggu Jawa. Hanya saja sebutan terhadap instrumen musik ini bagi setiap
daerah berbeda-beda, seperti: Gamolan Balaq di daerah Liwa, Belalau, Batu Brak,
Kembahang dan Kota Agung.
Kakhumung di daerah Lampung Selatan, Kulintang di
daerah 3 Lampung Tengah, Way Kanan, dan Lampung Utara bagian timur. (Sukadana,
Gunung Sugih, Labuan Meringgai, Kotabumi dan Menggala). Oleh karena instrumen
ini terbuat dari bambu, bukan dari perunggu, juga instrumen ini berasal dari
Belalau, Batu Brak dan Kembahang, Lampung Barat maka instrumen ini lebih tepat
di namai gamolan dari pada kulintang. (Team Penyusun, “Instrumen Musik
Tradisional Lampung; Koleksi Museum Negeri propinsi Lampung Ruwa Jurai”,
Depdikbud Kantor Wilayah Provinsi Lampung, 1995). Selain di daerah Lampung
Barat dengan nama Gamolan, ternyata instrumen tersebut juga dikembangkan di
Bandar Lampung pada tahun 1991 dengan nama Cetik. Perubahan nama ini sebenarnya
hanya dilakukan oleh sekumpulan orang saja. Mereka memunculkan nama Cetik
dilandasi oleh ketidaktahuan tentang latar belakang sejarah instrumen Gamolan.
Dengan kata lain kalau mereka tahu namanya Gamolan, mereka tidak akan merubah
nama instrumen ini. Mereka memunculkan Cetik pada tahun 1991 dengan menerbitkan
buku kulintang pekhing/cetik tapi isinya Gamolan, oleh Dinas Pendidikan
Propinsi Lampung. Mereka tidak tahu instrumen tersebut telah diteliti lebih
dahulu oleh Margaret J Kartomi pada tahun 1985. Mulai saat itu hingga kini nama
Cetik lebih populer daripada Gamolan dengan alasan lebih mudah menyebutnya.
Cetik adalah sebuah tarian muda-mudi yang ketika menari muda-mudi di pisahkan
oleh sebatang bambu, kemudian jika sang pemuda melewati bambu tersebut maka
akan dipukul oleh seorang pemudi dengan menggunakan pemukul dari sebuah rotan.
Tarian cetik ini berasal dari masyarakat melinting Lampung Timur dan berkembang
juga pada masyarakat Lampung Pubian. (Wawancara dengan Hasyimkan : 1 november
2011) 4 Pada zaman dahulu, lagu atau tabuhan instrumen tersebut merupakan
cerminan dari masyarakat pendukungnya yang dihadirkan melalui kegiatan
berkesenian. Masing- masing daerah biasanya memiliki ciri dan kekhasan antara
satu daerah dengan daerah lainnya sebagai contoh : Tabuh Sekeli adalah lagu
dari Masyarakat Belalau (Buay Belunguh) biasa digunakan dalam tari batin yaitu
tarian pengiring pengantin atau tarian menyambut tamu; Tabuh Sambai Agung dari
masyarakat Batu Brak (Buay Pernong) untuk tari sembah; Tabuh Jakhang adalah
lagu untuk tari cakigh, tari setangan, tari kipas; Tabuh Babang atau Labung
Angin digunakan untuk menidurkan anak bayi pada zaman dahulu. Perkembangan
Gamolan di masyarakat bisa dibedakan dengan dua periode. Pertama periode ketika
teknologi informasi dan transportasi belum masuk ke daerah Lampung Barat,
diperkirakan sebelum tahun 1960-an.
Digambarkan ketika itu belum ada radio
apalagi televisi, anak-anak remaja belum sekolah ke daerah lain sehingga pemuda
dan pemudinya masih banyak yang tinggal di kampung. Kondisi jalanpun masih
jalan setapak sehingga masyarakat belum mendapatkan pengaruh hiburan dari luar
daerah. Bahkan hiburan musik yang ada hanya Gamolan dan musik tradisi lainnya,
sehingga pada masa ini instrumen tersebut sangat digemari. Di setiap pekon yang
ada di tengahtengah ladang diyakini memiliki instrumen Gamolan. Periode kedua
yaitu ditandai dengan masuknya akses teknologi informasi dan transportasi ke
daerah ini kira-kira setelah tahun 1960. Ketika itu pertama masuk radio, jalan
mulai dibangun dan akhirnya televisi ditahun 1980 juga mulai ditayangkan, para
pemuda dan pemudi di daerah ini mulai mengenal lagu-lagu pop dan seni-seni yang
lain maka mulailah para remaja usia sekolah sedikit demi sedikit mulai
meninggalkan Gamolan karena mereka telah mengenal hal yang baru. 5 Baru-baru
ini Majelis Penyimbang Adat Lampung mengadakan Pagelaran dan Seminar Gamolan
Lampung Barat dengan tujuan sebagai langkah penyelamatan aset daerah dalam
kesenian Lampung; untuk lebih mencintai dan merasa memiliki kesenian Lampung;
agar seni Gamolan Lampung dapat dikenal diseluruh Bumi Nusantara. Juga Rekor
Muri Gamolan yang dimainkan selama 25 jam 25 group dan 25 pemain. Instrument
musik Gamolan berhasil mendapat Rekor Museum Indonesia bermain Gamolan terlama.
Didalam buku Musical Instruments of Indonesia, oleh Margaret J Kartomi.
Membicarakan tentang Gamelan yang ada di Indonesia secara umum, antara lain:
Gamelan Jawa, Bali, juga sekelumit tentang gamolan Lampung. Dalam buku ini
digambarkan bahwa Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah Gamelan merujuk pada
instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan
dan dibunyikan bersama. Sedangkan merujuk ke nama sebuah alat musik zaman
dahulu masyarakat Lampung disebut dengan Gamolan. Masyarakat sekarang ini di
Bandar Lampung mengetahui alat musik Gamolan dengan nama Kelettang pekhing
(kulintang bambu)/Cetik. Akan tetapi masyarakat Lampung Barat menyebutnya
Gamolan, berbeda daerah yang menyebabkan berbeda pula penyebutannya misalnya
didaerah Liwa, Gamolan disebut dengan Canang. Akan tetapi pada saat itu alat
musik yang terbuat dari bambu yang pertama masuk bukan alat musik yang terbuat
dari perunggu. Dan hanya daerah Kenali, Batu Brak, Kembahang yang memiliki
Gamolan. (wawancara dengan bapak Alhilal, Pembina Musik Tradisional Kecamatan
Batu Brak. Selasa, 1 november 2011). 6 Masyarakat Lampung Barat mengenal
Kulintang yaitu Kulintang Kemarau. Diperkirakan pada saat Gunung Pesagi
meletus, terdengar suara dari alam lalu ditangkap oleh manusia dengan suara
siul, kemudian suara siul tersebut dimainkan memakai Gamolan yang dinamakan
Tabuh Jarang/Kulintang Kemarau.
(wawancara dengan bapak Alhilal, Pembina Musik
Tradisional Kecamatan Batu Brak. Selasa, 1 november 2011). Instrument musik
Gamolan harus dilestarikan sebagai identitas suku bangsa khususnya masyarakat
Lampung. Dengan alasan bahwa Gamolan adalah warisan nenek moyang yang harus
tetap ada dan dikenalkan kepada penerus bangsa, kaum muda harus ikut mencintai
musik lokal. Ini merupakan tugas kita bersama, selain pemerintah yang
menggalakkan masyarakatpun harus turut melestarikan kebudayaan lokal yang dimilikinya.
Keberadaan Instrument Musik Gamolan Sebagai Media Komunikasi Tradisional sangat
penting karena Sebagai Media Komunikasi, musik Gamolan dapat menyampaikan makna
yang tidak bisa diungkapkan melalui bahasa konvensional. (Nurudin 2004 : 114).
Pada masa sekarang keberadaan Musik Tradisional Lampung kurang begitu dikenal
oleh masyarakat luas, karena memang musik ini hanya dipentaskan pada
acara-acara tertentu saja terutama acara adat sehingga terkesan musik ini baku
dan kurang begitu diminati oleh generasi muda. Permasalahan ini timbul karena
adanya era modernisasi dimana kaum muda lebih menyukai musik modern yang
berasal dari Barat dan sebagainya. Selain itu kaum muda juga tidak mengetahui
mengenai alat musik daerahnya karena kurang populernya musik daerah
dibandingkan dengan musik modern. Kondisi ini merupakan faktor kendala
perkembangan yang perlu mendapat perhatian secara khusus, baik oleh pemerintah
setempat, masyarakat dan generasi muda penerus bangsa. (Joko Tri Prasetya 2004
: 37) 7 Adapun pemilihan desa Sukabumi Kembahang dan Kenali menjadi objek
penelitian, karena menurut Hasyimkan yang merupakan peneliti Gamolan
sebelumnya, di tiga desa ini merupakan desa penyebaran Gamolan.
Berdasarkan
Latar Belakang diatas, maka dianggap perlu di lakukan penelitian dan pengkajian
secara mendalam mengenai Instrumen Musik Gamolan, untuk mengetahui Fungsi
Instrumen Musik Gamolan sebagai Medium Komunikasi Tradisional dan pemahaman
kaum muda Lampung barat terhadap fungsi Instrumen Musik Gamolan. Pemilihan kata
medium lebih tepat dari pada media, karena Gamolan merupakan sebuah alat musik,
sedangkan media merupakan bentuk jamak atau seperangkat alat. Disamping itu,
pemerintah provinsi menginginkan masyarakat dapat mengetahui mengenai Gamolan
sebagai alat musik Lampung.
Serta mengembalikan pemahaman yang sama bahwa alat
musik yang berasal dari Lampung Barat tersebut memiliki nama Gamolan, bukan
Cetik yang dikenal sekarang ini. B. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan
latar belakang masalah yang peneliti jelaskan di atas, maka dalam penelitian
ini rumusan masalahnya adalah : 1. Apa saja Fungsi Instrumen Musik Gamolan
sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 2. Bagaimanakah Pemahaman Kaum Muda
Lampung Barat terhadap Fungsi Gamolan Sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 8
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan
Penelitian ini adalah : 1. Untuk Mengetahui Fungsi Instrumen Musik Gamolan
sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 2. Untuk Mengetahui Bagaimanakah
Pemahaman Kaum Muda Lampung Barat terhadap Fungsi Gamolan Sebagai Medium
Komunikasi Tradisional. 2. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat penelitian ini
adalah : 1. Secara Akademis Dapat memberikan kontribusi baik sebagai literatur
maupun referensi bagi mahasiswa lainnya dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
berkaitan dengan bidang Ilmu Komunikasi yang tertarik pada penelitian mengenai
alat Musik Tradisional sebagai medium Komunikasi Tradisional. 2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan
pengetahuan bagi masyarakat terhadap komunikasi tradisional yaitu alat musik
Gamolan sebagai media Komunikasi Tradisional, dan masukan/input bagi pihak
pemerintah daerah atau pihak-pihak terkait lainnya yang dapat dijadikan sebagai
bahan evaluasi kedepannya agar dapat mencintai musik tradisional sebagai upaya
pelestarian budaya daerah sebagai identitas budaya lokal.
B. RENCANA TULISAN
BICARA tentang Provinsi Lampung,
rasanya tak ada habisnya jika membahas soal kekayaan alam maupun budaya. Selain
kuliner, rumah adat, tarian dan kekayaan budaya yang sangat menarik, “Sang Bumi
Ruwai Jurai” ini juga memiliki alat musik tradisional khas Lampung yang tidak
banyak orang yang tahu. Alat musik tradisional selalu mengiringi upacara adat dan perayaan-perayaan besar di
Lampung ini seperti Gamolan.
Gamolan adalah alat
musik menyerupai gamelan. Alat musik Gamolan dari Provinsi Lampung ini
merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara
dipukul. Diperkirakan alat musik khas Lampung ini sudah dimainkan
masyarakat Lampung kuno sejak abad ke-4 masehi, akan tetapi sampai dengan saat
ini banyak masyarakat Lampung yang belum mengetahui dari kekayaan alat musik
tradisional ini.
Cetik merupakan
nama lain dari alat musik bernama gamolan pekhing, yakni sebuah kolintang yang
terbuat dari bahan dasar bambu dan akan menghasilkan nada saat dipukul memakai
pemukul khusus. Beberapa para ahli sejarah menyebutkan bahwa alat musik cetik
atau gamolan pekhing dari Provinsi Lampung ini merupakan gamelan pertama yang
ada di Indonesia, bahkan di dunia. Gamelan yang dikenal oleh masyarakat di
tanah Jawa sejatinya adalah jenis gamolan yang meniru desain dan juga aturan
nada dari alat musik gamolan Pekhing ini. Dengan kata lain, gamolan pekhing
atau cetik ini merupakan alat musik tradisional Provinsi Lampung yang memang
benar-benar berasal dari Provinsi Lampung.
C. Alasan mengambil tema budaya
Karena di era jaman sekarang sangat
banyak orang yg sudah melupakan alat musik tradisional 1 ini dah hanya
dipakai/dijumpai di acara-acara adat saja dan jika bicara Provinsi Lampung,
rasanya tak ada habisnya jika membahas soal kekayaan alam maupun budaya. Dan
juga alat musik yg satu ini tidak lekang oleh jaman.
D. kita harus menjaga dan melestarikan semua alat musik tradisional
khususnya alat musik khas lampung¸agar
tidak punah dan tak lekang oleh waktu karena di zaman sekarang ini teknologi
sudah semakin maju dan semakin berkembangnya alat musik yg lebih modern hal itu
lah menyebabkan alat musik tradisional indonesia khususnya bandar lampung
kurang dikenal oleh masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar