Jumat, 29 Desember 2017

Nurisa Oktaviana 15711008

KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) "AWARD" 2017 Provinsi Lampung


Ajang Penghargaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema Penyiaran Sehat Menuju Lampung Yang Helaw" yang dilaksanakan di Gedung Mahligai Pasca Sarjana Universitas Bandar Lampung,Selasa,28 November 2017.
Kegiatan dihadiri Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID Lampung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID Lampung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Dalam Sambutannya Ketua KPID Lampung Bpk M.Thamrin S.Hut Mengatakan Kegiatan Ini Merupakan Apresiasi kami kepada penyiar baik media, siaran Tv/ Radio, kami ingin memberikan penghargaan sebanyak 15 kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20 televisi.
Kategori Buletin Berita Dimenangkan Oleh Radar Tv, Kategori Talks Show dimenangkan Oleh TVRI Lampung, Penyiar Radio Terbaik Dimenangkan Adi Ardiansyah Dari Radio Saba Putra, Penyiar TV Terbaik dimenangkan Oleh Yudiin Samantha Dari Tegar TV dan 11 Kategori Lainnya.
Harapannya jika Media, Penyiar TV/Radio mempunyai peran besar dalam Pembangunan Provinsi Lampung dan mempunyai satu tekad menuju lampung helaw, saya sangat amat berterimakasih kepada Gubernur Lampung karena Pak Gubernur Lampung adalah gubernur yang peduli akan penyiaran (Gubernur Lampung Mendapatkan Pengharagaan Sebagai satu satunya Gubernur Yang Peduli Penyiaran Daerah).
Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo Dalam Sambutannya mengatakan,"Untuk Memajukan Penyiaran dan informasi yang ada diprovinsi lampung kita harus memperhatikan kualitas, penyiaran dan informasi harus sehatdan positif, sehingga penyiaran dapat menghadirkan negara dan rasa kebhinekaan pada masyarakat dan tentunya diri kita masing-masing, Selamat Bagi Pemenang Award KPID 2017 Semoga Pemenang Dapat Menjadi Contoh Untuk Kedepannya Dan Bagi Yang Belum Menang Tetap Bersemangat Dan Bersaing Dengan Sehat Dan Positif.
Dalam sambutannya, Ketua KPID Lampung Tamri Suhaimime kegiatan tersebut merupakan apresiasi bagi lembaga penyiaran yang mengedukasi. Sebanyak 15 kategori diperebutkan 35 radio dan 20 televisi  "Penyiaran berperan penting dalam pembangunan daerah, " kata dia.  
Pada KPID Award ke-7 tersebut, seluruh lembaga penyiaran diharapkan menyajikan tayangan bermutu. KPID Lampung berterima kasih kepada Gubernur Lampung yang peduli pada penyiaran daerah.   Sementara itu, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengapresiasi penyelenggaraan KPID Lampung Award  2017. Menurut dia, pemerintah berkepentingan menjaga penyebaran informasi yang benar dan kontekstual. Kehadiran informasi yang benar amat penting,  termasuk dalam menjaga keutuhan bangsa. Kebersamaan masyarakat dan pemerintah bisa dilakukan oleh lembaga penyiaran. "Informasi yang disampaikan lembaga penyiaran semakin positif," kata Ridho. Media ikut bertugas menjaga keutuhan bangsa.  
KPID harus menjalankan tugas secara optimal. tutur Ridho, KPID berperan penting mendorong lembaga penyiaran memproduksi siaran yang mengedukasi.  "Selamat kepada para pemenang yang akan menjadi contoh selama setahun ke depan. Bagi yang belum menang, teruslah menyempurnakan karya," kata Ridho. 



SEPATUGAL
 (SMK MA’ ARIF SEMAKA TENGGAMUS)

Disebut Sepatu tugal (Sepatugal) karena ini sepatu yang dapat di gunakan petani sekaligus sebagi alat tanaman palawija. Jadi sepatu yang dimaksud disini adalah sepatu tugal tanaman. Sepatugal Merupakan sepatu kerja petani berbentuk sepatu boot dengan bagian tumit bertugal. Peralatan semi mekanisme hasil pengembangan teknologi dari  Sekolah Smk Ma’ Arif Semaka Tenggamus berupa modifikasi model penanaman yang awalnya manual dijadikan semi mekanis.
Alat semi mekanis yang pada umumnya menempatkan tempat benih (hopper) di ujung alat dan di bebani ke tangan di pindahkan ke punggung, dimana punggung merupakan bagian tubuh yang dapat menopang beban yang cukup besar. Selain mata tugal yang biasanya di bebankan ke tangan saat melubangi atau mobilisasi dipindahkan ke ujung tumit. Ujung tumit merupakan bagian tubuh yang berfungsi menopang seluruh bagian tubuh, sehingga gaya tekannya yang cukup besar digunakan untuk melubangi lahan.

Cara Kerjanya
1.      Cara kerjanya dalam alat ini adalah Dengan sistem berjalan biasa dengan mengayunkan pegasnya itu,
2.      Mata tugal yang biasanya dibebankan ke tangan saat melubangi dipindahkan keujung tumit.
3.      Ujung tumit merupakan bagian tubuh yang berfungsi menopang seluruh bagian tubuh, sehingga ada gaya tekan yang cukup besar untuk melubangi lahan.

Pencipta dari Sepatugal ini yaitu :
 M. Nafis Rohman

Fungsi Sepatugal :
·         Sepatugal dapat terus membantu petani dalam meningkatkan produktivitas hasil panen. Salah satu caranya, Sepatugal memberikan efisien kerja yang lebih tinggi dibandingkan alat yang telah ada.
·         Dapat membantu masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yang melakukan kegiatan pertanian langsung agar lebih mudah melakukan proses penanaman dengan keergonomisan alat yang mengakibatkan hasil penanaman lebih maksimal.
·         Untuk Membantu petani dan industri yang memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan tanaman palawija, meningkatkan efektifitas dan efisien proses penanaman palawija.

Manfaat Sepatugal :
1.      waktu yang digunakan lebih cepat di bandingkan menggunakan alat Tugal biasa atau alat manual,
2.      mempermudah pekerja petani
3.      alatnya lebih ringan dan efisien
4.      sepatugal ini sekali jalan langsung dua garis.
5.      Mengakibatkan hasil penanaman yang maksimal




Latar Belakang

A Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan termasuk dalam alat musik perkusi, Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik.Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol, kata begamol dalam bahasa Lampung sama dengan kata begumul dalam bahasa melayu yang artinya “berkumpul”. Maksudnya bahwa Gamolan dulunya digunakan untuk mengumpulkan orang. Apabila terdengar suara Gamolan, atau ada yang memainkan Gamolan dengan sendirinya masyarakat berkumpul mencari sumber suara Gamolan tersebut. 

Pada saat itu Gamolan sudah menjadi Alat Komunikasi. Dalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Musik oleh manusia dijadikan sebagai media untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak mampu dibahasakan melalui bahasa konvensional (Depdikbud Provinsi Lampung). Daerah Lampung Barat merupakan tempat asal mula Gamolan, daerah ini terdiri dari pegunungan, dataran tinggi dan dataran rendah yang berawa-rawa. Kondisi geografis Lampung Barat umumnya masih banyak hutan, tanah dan air masih asli dan belum tersentuh oleh industri, bahkan akses masuk untuk menuju ke ibukota kabupaten hanya 2 menggunakan satu-satunya jalan propinsi yang di kiri kanannya terdapat jurang-jurang yang dalam (Hasyimkan : 2011). 

Saat ini ada sebagian masyarakat Lampung menyebut Gamolan dengan Gamolan Pekhing. Kata pekhing sama dengan pering dalam bahasa Jawa yang berarti bambu. Dalam istilah Lampung, pekhing menunjukkan seluruh jenis bambu baik yang ukurannya besar seperti bambu besar (pekhing balak), maupun yang ukurannya kecil disebut pekhing juga. Tapi ada juga yang menyebut bambu (pekhing) dengan sebutan buluh. Sebagian orang Lampung saat ini juga menyebut instrumen ini dengan sebutan Kulintang. Oleh karena instrumen ini terbuat dari bilahan bambu yang kalau dipukul keluar suara tang atau tung, atau juga nang atau nung. Di samping itu juga masyarakat Lampung di beberapa daerah lain selain Lampung Barat, tertutama Lampung Utara belum tahu macam-macam jenis instrumen Lampung. 

Dalam pandangan mereka setiap alat musik yang bisa memainkan musik Lampung dinamakan Kulintang. Tapi menurut Safril Yamin, penyebutan alat ini dengan Kulintang kurang tepat. Ia mengatakan bahwa nama yang sebenarnya adalah Gamolan. Penyebutan musik Kulintang adalah berupa intrumen Talo Balag, kalau di Lampung Barat Gamolan Balaq. Instrumen Talo Balaq tersebut adalah terbuat dari perunggu, tabuhan atau lagu yang dipakai mengadaptasi dari Gamolan (tesis Hasyimkan : 2011). Instrumen perunggu ini juga dipakai oleh setiap suku Lampung yang telah mendapat pengaruh dari musik perunggu Jawa. Hanya saja sebutan terhadap instrumen musik ini bagi setiap daerah berbeda-beda, seperti: Gamolan Balaq di daerah Liwa, Belalau, Batu Brak, Kembahang dan Kota Agung. 

Kakhumung di daerah Lampung Selatan, Kulintang di daerah 3 Lampung Tengah, Way Kanan, dan Lampung Utara bagian timur. (Sukadana, Gunung Sugih, Labuan Meringgai, Kotabumi dan Menggala). Oleh karena instrumen ini terbuat dari bambu, bukan dari perunggu, juga instrumen ini berasal dari Belalau, Batu Brak dan Kembahang, Lampung Barat maka instrumen ini lebih tepat di namai gamolan dari pada kulintang. (Team Penyusun, “Instrumen Musik Tradisional Lampung; Koleksi Museum Negeri propinsi Lampung Ruwa Jurai”, Depdikbud Kantor Wilayah Provinsi Lampung, 1995). Selain di daerah Lampung Barat dengan nama Gamolan, ternyata instrumen tersebut juga dikembangkan di Bandar Lampung pada tahun 1991 dengan nama Cetik. Perubahan nama ini sebenarnya hanya dilakukan oleh sekumpulan orang saja. Mereka memunculkan nama Cetik dilandasi oleh ketidaktahuan tentang latar belakang sejarah instrumen Gamolan. 

Dengan kata lain kalau mereka tahu namanya Gamolan, mereka tidak akan merubah nama instrumen ini. Mereka memunculkan Cetik pada tahun 1991 dengan menerbitkan buku kulintang pekhing/cetik tapi isinya Gamolan, oleh Dinas Pendidikan Propinsi Lampung. Mereka tidak tahu instrumen tersebut telah diteliti lebih dahulu oleh Margaret J Kartomi pada tahun 1985. Mulai saat itu hingga kini nama Cetik lebih populer daripada Gamolan dengan alasan lebih mudah menyebutnya. Cetik adalah sebuah tarian muda-mudi yang ketika menari muda-mudi di pisahkan oleh sebatang bambu, kemudian jika sang pemuda melewati bambu tersebut maka akan dipukul oleh seorang pemudi dengan menggunakan pemukul dari sebuah rotan. Tarian cetik ini berasal dari masyarakat melinting Lampung Timur dan berkembang juga pada masyarakat Lampung Pubian. (Wawancara dengan Hasyimkan : 1 november 2011) 4 Pada zaman dahulu, lagu atau tabuhan instrumen tersebut merupakan cerminan dari masyarakat pendukungnya yang dihadirkan melalui kegiatan berkesenian. Masing- masing daerah biasanya memiliki ciri dan kekhasan antara satu daerah dengan daerah lainnya sebagai contoh : Tabuh Sekeli adalah lagu dari Masyarakat Belalau (Buay Belunguh) biasa digunakan dalam tari batin yaitu tarian pengiring pengantin atau tarian menyambut tamu; Tabuh Sambai Agung dari masyarakat Batu Brak (Buay Pernong) untuk tari sembah; Tabuh Jakhang adalah lagu untuk tari cakigh, tari setangan, tari kipas; Tabuh Babang atau Labung Angin digunakan untuk menidurkan anak bayi pada zaman dahulu. Perkembangan Gamolan di masyarakat bisa dibedakan dengan dua periode. Pertama periode ketika teknologi informasi dan transportasi belum masuk ke daerah Lampung Barat, diperkirakan sebelum tahun 1960-an. 

Digambarkan ketika itu belum ada radio apalagi televisi, anak-anak remaja belum sekolah ke daerah lain sehingga pemuda dan pemudinya masih banyak yang tinggal di kampung. Kondisi jalanpun masih jalan setapak sehingga masyarakat belum mendapatkan pengaruh hiburan dari luar daerah. Bahkan hiburan musik yang ada hanya Gamolan dan musik tradisi lainnya, sehingga pada masa ini instrumen tersebut sangat digemari. Di setiap pekon yang ada di tengahtengah ladang diyakini memiliki instrumen Gamolan. Periode kedua yaitu ditandai dengan masuknya akses teknologi informasi dan transportasi ke daerah ini kira-kira setelah tahun 1960. Ketika itu pertama masuk radio, jalan mulai dibangun dan akhirnya televisi ditahun 1980 juga mulai ditayangkan, para pemuda dan pemudi di daerah ini mulai mengenal lagu-lagu pop dan seni-seni yang lain maka mulailah para remaja usia sekolah sedikit demi sedikit mulai meninggalkan Gamolan karena mereka telah mengenal hal yang baru. 5 Baru-baru ini Majelis Penyimbang Adat Lampung mengadakan Pagelaran dan Seminar Gamolan Lampung Barat dengan tujuan sebagai langkah penyelamatan aset daerah dalam kesenian Lampung; untuk lebih mencintai dan merasa memiliki kesenian Lampung; agar seni Gamolan Lampung dapat dikenal diseluruh Bumi Nusantara. Juga Rekor Muri Gamolan yang dimainkan selama 25 jam 25 group dan 25 pemain. Instrument musik Gamolan berhasil mendapat Rekor Museum Indonesia bermain Gamolan terlama. 

Didalam buku Musical Instruments of Indonesia, oleh Margaret J Kartomi. Membicarakan tentang Gamelan yang ada di Indonesia secara umum, antara lain: Gamelan Jawa, Bali, juga sekelumit tentang gamolan Lampung. Dalam buku ini digambarkan bahwa Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah Gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Sedangkan merujuk ke nama sebuah alat musik zaman dahulu masyarakat Lampung disebut dengan Gamolan. Masyarakat sekarang ini di Bandar Lampung mengetahui alat musik Gamolan dengan nama Kelettang pekhing (kulintang bambu)/Cetik. Akan tetapi masyarakat Lampung Barat menyebutnya Gamolan, berbeda daerah yang menyebabkan berbeda pula penyebutannya misalnya didaerah Liwa, Gamolan disebut dengan Canang. Akan tetapi pada saat itu alat musik yang terbuat dari bambu yang pertama masuk bukan alat musik yang terbuat dari perunggu. Dan hanya daerah Kenali, Batu Brak, Kembahang yang memiliki Gamolan. (wawancara dengan bapak Alhilal, Pembina Musik Tradisional Kecamatan Batu Brak. Selasa, 1 november 2011). 6 Masyarakat Lampung Barat mengenal Kulintang yaitu Kulintang Kemarau. Diperkirakan pada saat Gunung Pesagi meletus, terdengar suara dari alam lalu ditangkap oleh manusia dengan suara siul, kemudian suara siul tersebut dimainkan memakai Gamolan yang dinamakan Tabuh Jarang/Kulintang Kemarau.

 (wawancara dengan bapak Alhilal, Pembina Musik Tradisional Kecamatan Batu Brak. Selasa, 1 november 2011). Instrument musik Gamolan harus dilestarikan sebagai identitas suku bangsa khususnya masyarakat Lampung. Dengan alasan bahwa Gamolan adalah warisan nenek moyang yang harus tetap ada dan dikenalkan kepada penerus bangsa, kaum muda harus ikut mencintai musik lokal. Ini merupakan tugas kita bersama, selain pemerintah yang menggalakkan masyarakatpun harus turut melestarikan kebudayaan lokal yang dimilikinya. Keberadaan Instrument Musik Gamolan Sebagai Media Komunikasi Tradisional sangat penting karena Sebagai Media Komunikasi, musik Gamolan dapat menyampaikan makna yang tidak bisa diungkapkan melalui bahasa konvensional. (Nurudin 2004 : 114). 
Pada masa sekarang keberadaan Musik Tradisional Lampung kurang begitu dikenal oleh masyarakat luas, karena memang musik ini hanya dipentaskan pada acara-acara tertentu saja terutama acara adat sehingga terkesan musik ini baku dan kurang begitu diminati oleh generasi muda. Permasalahan ini timbul karena adanya era modernisasi dimana kaum muda lebih menyukai musik modern yang berasal dari Barat dan sebagainya. Selain itu kaum muda juga tidak mengetahui mengenai alat musik daerahnya karena kurang populernya musik daerah dibandingkan dengan musik modern. Kondisi ini merupakan faktor kendala perkembangan yang perlu mendapat perhatian secara khusus, baik oleh pemerintah setempat, masyarakat dan generasi muda penerus bangsa. (Joko Tri Prasetya 2004 : 37) 7 Adapun pemilihan desa Sukabumi Kembahang dan Kenali menjadi objek penelitian, karena menurut Hasyimkan yang merupakan peneliti Gamolan sebelumnya, di tiga desa ini merupakan desa penyebaran Gamolan. 

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka dianggap perlu di lakukan penelitian dan pengkajian secara mendalam mengenai Instrumen Musik Gamolan, untuk mengetahui Fungsi Instrumen Musik Gamolan sebagai Medium Komunikasi Tradisional dan pemahaman kaum muda Lampung barat terhadap fungsi Instrumen Musik Gamolan. Pemilihan kata medium lebih tepat dari pada media, karena Gamolan merupakan sebuah alat musik, sedangkan media merupakan bentuk jamak atau seperangkat alat. Disamping itu, pemerintah provinsi menginginkan masyarakat dapat mengetahui mengenai Gamolan sebagai alat musik Lampung. 

Serta mengembalikan pemahaman yang sama bahwa alat musik yang berasal dari Lampung Barat tersebut memiliki nama Gamolan, bukan Cetik yang dikenal sekarang ini. B. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang peneliti jelaskan di atas, maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah : 1. Apa saja Fungsi Instrumen Musik Gamolan sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 2. Bagaimanakah Pemahaman Kaum Muda Lampung Barat terhadap Fungsi Gamolan Sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 8 C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk Mengetahui Fungsi Instrumen Musik Gamolan sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 2. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Pemahaman Kaum Muda Lampung Barat terhadap Fungsi Gamolan Sebagai Medium Komunikasi Tradisional. 2. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis Dapat memberikan kontribusi baik sebagai literatur maupun referensi bagi mahasiswa lainnya dalam dunia ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan bidang Ilmu Komunikasi yang tertarik pada penelitian mengenai alat Musik Tradisional sebagai medium Komunikasi Tradisional. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat terhadap komunikasi tradisional yaitu alat musik Gamolan sebagai media Komunikasi Tradisional, dan masukan/input bagi pihak pemerintah daerah atau pihak-pihak terkait lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kedepannya agar dapat mencintai musik tradisional sebagai upaya pelestarian budaya daerah sebagai identitas budaya lokal.

B. RENCANA TULISAN
BICARA tentang Provinsi Lampung, rasanya tak ada habisnya jika membahas soal kekayaan alam maupun budaya. Selain kuliner, rumah adat, tarian dan kekayaan budaya yang sangat menarik, “Sang Bumi Ruwai Jurai” ini juga memiliki alat musik tradisional khas Lampung yang tidak banyak orang yang tahu. Alat musik tradisional selalu mengiringi  upacara adat dan perayaan-perayaan besar di Lampung ini seperti Gamolan.
Gamolan adalah alat musik menyerupai gamelan. Alat musik Gamolan dari Provinsi Lampung ini merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul. Diperkirakan alat musik khas Lampung ini sudah dimainkan masyarakat Lampung kuno sejak abad ke-4 masehi, akan tetapi sampai dengan saat ini banyak masyarakat Lampung yang belum mengetahui dari kekayaan alat musik tradisional ini.
Cetik merupakan nama lain dari alat musik bernama gamolan pekhing, yakni sebuah kolintang yang terbuat dari bahan dasar bambu dan akan menghasilkan nada saat dipukul memakai pemukul khusus. Beberapa para ahli sejarah menyebutkan bahwa alat musik cetik atau gamolan pekhing dari Provinsi Lampung ini merupakan gamelan pertama yang ada di Indonesia, bahkan di dunia. Gamelan yang dikenal oleh masyarakat di tanah Jawa sejatinya adalah jenis gamolan yang meniru desain dan juga aturan nada dari alat musik gamolan Pekhing ini. Dengan kata lain, gamolan pekhing atau cetik ini merupakan alat musik tradisional Provinsi Lampung yang memang benar-benar berasal dari Provinsi Lampung.

C. Alasan mengambil tema budaya
Karena di era jaman sekarang sangat banyak orang yg sudah melupakan alat musik tradisional 1 ini dah hanya dipakai/dijumpai di acara-acara adat saja dan jika bicara Provinsi Lampung, rasanya tak ada habisnya jika membahas soal kekayaan alam maupun budaya. Dan juga alat musik yg satu ini tidak lekang oleh jaman.

D. kita harus menjaga dan melestarikan semua alat musik tradisional khususnya alat musik  khas lampung¸agar tidak punah dan tak lekang oleh waktu karena di zaman sekarang ini teknologi sudah semakin maju dan semakin berkembangnya alat musik yg lebih modern hal itu lah menyebabkan alat musik tradisional indonesia khususnya bandar lampung kurang dikenal oleh masyarakat 




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar