Jumat, 29 Desember 2017

Lidya Amanda / 15711029

KARYA SMKN 1 SEPUTIH AGUNG
BERHASIL MENARIK PERHATIAN PENGUNJUNG CITE


SMKN 1 seputih agung adalah sekolah SMK Negeri yang terletak di Provinsi Lampung, Lampung Tengah, tepatnya di Jl. Raya Dono Arum, Simpang Agung. Banyak sekali hasil karya dari siswa dan guru SMKN 1 Seputih Agung, mereka bersama-sama membuat hasil karya yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.


Contohnya membuat mesin penggiling batang singkong, mesin ini dapat menggiling hingga 100kg/jam dan 300kg/jam untuk mesin yang lebih besar. Mesin penggiling batang singkong ini dibuat dibuat pada tahun 2017 dalam waktu satu minggu dan didampingi oleh guru smk yang juga ikut membantu mereka dalam merakit mesin penggiling batang singkong tersebut. Siswa SMKN 1 seputih agung termotivasi untuk membuat mesin penggiling batang singkong ini karena untuk mengurangi limbah batang singkong dan dapat mengolah batang singkong menjadi pakan ternak warga sekitar, penggunaan batag singkong sebagai pakan ternak tentunya sangat membantu bagi warga sekitar. Untuk menggunakan mesin penggiling batang singkong ini adalah dengan bantuan listrik, dan cara penggunaanya pun cukup mudah, cukup hidupkan mesin dengan bantuan listrik dan masukan batang singkong dengan sedikit di tekan kedalam maka batang singkong berubah menjadi serbuk kesil dan siap diolah menjadi pakan ternak warga sekitar. Namun harap hindarkan mesin penggiling batang singkong ini dari anak-anak dan harap berhati-hati ketika menggunakan mesin penggiling batang singkong ini, kita harus fokus, karena jika tidak fokus bukan tidak mungkin tangan kita akan terkena pisau gilingan yang ada dalam mesin tersebut.

Bukan hanya mesin penggiling batang singkong, namun SMKN 1 Seputih Agung juga membuat pertamini. Pertamini adalah label yang digunakan oleh penjual bahan bakar minyak (BBM) eceran y ang tidak lagi menggunakan jerigen atau botol, melainkan menggunakan suatu alat pompa manual dengan grlas takaran. Pertamini menjadi alternatif tempat pengisian BBM khususnya bagi kendaraan roda dua yang kehabisan bahan bakar sementara lokasi SPBU masih jauh. Selain menjual bensin jenis premium, sebagian kios pertamini juga mulai menjual jenis pertamax. Alat pertamini memiliki tangki cadangan berupa drum dengan kapasitas 200-210 liter yang ditanam dibawah dinding beton. Bahan bakar dari tangki akan dipompa masuk ke tangki ukur berkapasitas 5 liter yang dilengkapi batas tera per liter. Bahan bakar dimasukkan ke dalam tangki kendaraan menggunakan selang dengan nozzle sebagaimana SPBU Pertamina pada umumnya. Alat ini lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan jligen atau botol. Selain itu dengan adanya ukuran pada tangki ukur kepercayaan konsumen menjadi meningkat sehingga pada ahirnya dapat meningkatkan pendapatan penjual. Penjual juga hanya perlu mengantongi izin dari polsek atau desa setempat untuk dapat membeli bahan bakar dari SPBU resmi.


Pertamini yang didibuat oleh siswa SMKN I Seputih Agung ini tentunya berbeda dari pertamini lain dan memiliki keistimewaan, yaitu dapat tetap hidup walaupun tidak lagi terhubung dengan listrik dan bisa bertahan selama 12 jam pemakaian. Pertamini ini dapat bertahan hingga 12 jam dikarenakan terdapat penyimpan daya di dalam pertamini tersebut, dan secara otomatis akan berfungsi menyimpan daya ketika terhubung dengan listrik dan dapat tetap hidup pula ketika tidak lagi terhubung dengn listrik selama 12 jam. Maka pengguna pertamini tidak perlu khawatir apa bila terjadi mati lampu, karna pertamini ini masih dapat di gunakan ketika sedang terjadi mati lampu.



 

Namun kreativitas siswa SMKN 1 Seputih Agung berhenti disitu, mereka juga membuat mesin bajak satu roda. Mesin bajak atau sering dikenal sebagai luku merupakan sebuah alat dibidang pertanian yang di gunakan untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih, dan juga untuk mengurangi rumput yang tumbuh di sekitar tanaman. Tujuan utama dari membajak adalah untum membawa tanah bagian dalam yang subur ke permukaan. Bajak manual biasanya ditarik seekor sapi, dan dapat pula ditarik manusia, namun bajak modern menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin. Siswa SMKN 1 Seputih Agung berinovasi membuat mesin bajak dengan satu roda, dimaksudkan agar dapat mengolah tanah di sela sela tanaman jagung atau singkong tanpa merusak tanaman tersebut. Dan dapat pula mengurangi rumput liar di sekitar tanaman agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Mesin bajak karya siswa SMKN 1 Seputih Agung ini menggunakan mesin motor dan menggunakan bahan bakar bensin dan di buat dalam waktu satu minggu.



Dan hasil karya siswa dari SMKN 1 Seputih Agung ini kini dapat kita lihat dalam salah satu stand expo dalam acara CITE (Creativity Innovation Technology Entrepreneurship) Universitas Bandar Lampung 2017. Pengunjung dapat melihat dan juga bertanya-tanya langsung dengan siswa perwakilan dari SMKN 1 Seputih Agung yaitu Zainal Arivin dan Imam Ibnu Kurniawan dalam acara tersebut.




KAIN TAPIS KHAS LAMPUNG

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

A.     Latar belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan dengan bagian manapun juga di dunia ini. Setiap suku di Indonesia mempunyai ciri khas dalam busana daerah mereka yang tentunya dilengkapi dengan kain-kain yang khas dan menjadi warisan budaya yang sangat memukau. Salah satu jenis kain tradisional tersebut adalah kain tenun. Keragaman dan keunikan ragam hias kain tenun tercermin dengan jelas pada unsur yang terkait dengan pemujaan pada leluhur dan kebesaran alam. Setiap daerah memiliki ciri khas pada ragam hiasnya yang terkait dengan fungsi sosial budaya daerah tersebut. Dalam setiap kegiatan ritual keluarga atau agama, sepotong kain tenun hampir selalu menjadi bagian yang amat penting.

Salah satu kain tenun tradisional Indonesia tersebut adalah tapis. Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya, baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas baik secara empiris atau pun teoritis, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B.     Dalam hal ini, lokasi penelitian dikhususkan pada Galeri Rusdi Tapis yang terletak di Mol Boemi Kedaton lantai 2, selain karena waktu penelitian yang lebih efektif, di tempat ini juga merupakan pusat perbelanjaan di Bandar Lampung.

C.     Narasumber yang yang akan peneliti wawancarai adalah kak Rusdi pemilik Galeri Rusdi Tapis.


D.    Pengertian kain tapis

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.




Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.


E.     Sejarah kain tapis

Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan sertabunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 – 1700 .
Sejarah tapis juga didapat dari Muhammad Ridho Pratama Putra (Dido Zulkarnaein). Muhammad Ridho Pratama Putra, berpendapat bahwa:

Sejarah Tapis Sejak Masa Pra-Sejarah

Sejarah mencatat bahwa masyarakat Lampung telah mengenal tenun Pelepai dan Nampan sejak abad ke-2 SM. (menurut Van der Hoop = sejarawan asal Belanda).

Sejarah juga mencatat bahwa Tapis Lampung telah disebutkan dalam prasasti Raja Balitung (Abad ke-9 M.) sebagai barang yang dihadiahkan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Tapis sejak zaman dahulu merupakan barang mahal, karena pada dasarnya barang yang dihadiahkan adalah barang yg memiliki nilai-nilai tertentu. Bersamaan pada abad tersebut kain songket telah berkembang di lingkungan Kerajaan Sriwijaya, dimana kain songket telah ada sejak zaman Kerajaan Malayu (Abad ke-5 M).

Penggunaan benang emas dalam budaya tenun Indonesia merupakan hasil kontak dagang dengan bangsa China sebagai penemu benang emas sejak Masa Sebelum Masehi.

Sejarah mencatat pula, bahwa Bangsa Lampung telah melakukan kontak dagang dengan Bangsa China sejak Abad ke-5 M, ketika Kerajaan P’o-Huang (dapat dieja “Bawang” yang berarti Rawa dalam Bahasa Lampung) mengirimkan utusannya ke Negeri China pada Tahun 449 M. dengan membawa Upeti dan 41 jenis barang dari P’o-Huang yang diperdagangkan ke China (kitab Liu Sung Shu, 420-479 M.). Bahkan berdasarkan temuan keramik China masa Dinasti Han (203-220 M), mengindikasikan bahwa perdagangan antara Bangsa Lampung Kuno dengan China telah berlangsung sejak awal Abad Ke-3 M.

Penggunaan benang emas dan kapas dalam tradisi tenun Lampung merupakan kelanjutan dari teradisi menenun sejak jaman Perunggu atau Perundagian (antara 3000 – 1500 SM). Ini dapat dilihat dari ragam motif pada kain-kain tapis kuno, kain inuh dan kain bidak yang bergaya Neolitikum, seperti: pucuk rebung, meander, manusia, pohon hayat, sulur, binatang dll. Yang juga terdapat pada nekara dan bejana perunggu, serta pecahan-pecahan gerabah Neolitikum.

Sebelum mengenal kapas dari bangsa China dan India, masyarakat Lampung seperti juga masyarakat purba lainnya di dunia telah memanfaatkan kulit kayu (kulit kayu halim dantangkil), serat pisang, serat pandan, dll. untuk dipintal menjadi benang sebagai bahan dasar kain tenun.

Untuk masyarakat Lampung, penggunaan benang emas, benang perak dan kaca merupakan kelanjutan dari tradisi prasejarah, dimana pada masa itu masyarakat Lampung purbamenghiasi kain tenun mereka dengan menempelkan atau menyulam benda-benda yang dianggap berharga atau memilki kekuatan magis seperti manik-manik, kulit kerang, kepingan logam (perunggu), maupun sulaman benang / serat-serat berwarna terang, hal ini mungkin berkaitan dengan status sosial masyarakat pada masa itu, dimana semakin semarak ragam hias pakaian atau kain tenun tersebut, maka semakin tinggi pula status sosialnya. Sisa-sisa tradisi ini masih dapat kita temui dalam kain tapis kuno, kain inuh, kain bidak, maupun pada tradisi manik-manik Lampung seperti pada lakkai (wadah seserahan, terbuat dari anyaman bambu atau rotan) dan peleppai manik-manik maupun pada benda-benda peniggalan budaya lainnya.

Setelah kontak dagang dengan Bangsa China dan India terjadi, maka mulailah mereka mengenal penggunaan kapas dan menghiasinya dengan barang-barang impor seperti benang emas, benang perak, benang sutera alam, dan kaca. Dan banyak mengalami perkembangan motif seiring dengan perubahan zaman sampai masuknya pengaruh Islam yang sangat besar, dan semakin menambah kekayaan ragam hias dan jenis dari kain tapis Lampung itu sendiri.

Namun kini, dari dua ratusan motif dan jenis kain tapis yang dahulu pernah ada, saat ini tidak lebih dari tiga puluh motif dan jenis saja yang masih dikenal dan diproduksi, bahkan diantaranya kini terancam hilang dan nyaris punah. Hal ini dikarenakan rumitnya pengerjaan dan lamanya waktu proses pembuatan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu jenis kain. Mengingat jenis kain ini tidak bisa diproduksi dengan mesin.

Selain dari kurangnya kepedulian masyarakat pada keberadaan tapis-tapis kuno, juga akibat dari perburuan besar-besaran terhadap kain-kain langka tersebut oleh orang-orang asing.

Catatan:
1. Umumnya kerajaan-kerajaan yang dicatat oleh bangsa China dalam kitab sejarahnya adalah kerajaan-kerajaan besar.

2. Kain peleppai disebut juga kain kapal karena motif utamanya berupa kapal arwah, yang berisikan arwah leluhur (kepercayaan jaman batu), namun baru pada zaman Islam kapal itu dianggap kapal atau bahtera Nabi Nuh, karena dalam Islam tidak mengenal istilah kapal arwah.


F.      Peralatan untuk membuat kain tapis

1.      Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
2.      Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian
3.      Terikan (alat menggulung benang)
4.      Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)
5.      Belida (alat untuk merapatkan benang)
6.      Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)
7.      Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
8.      Guyun (alat untuk mengatur benang)
9.      Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)
10.  Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang)
11.  Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)
12.  Amben (alat penahan punggung penenun)
13.  Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

G.    Bahan dasar kain tapis

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistem sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistem ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

1.    Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.
2.    Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.
3.    Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.
4.    Akar serai wangi untuk pengawet benang.
5.    Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.
6.    Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.
7.    Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.
8.    Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.
9.    Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.
10.                        Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut di atas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan di atas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran.

H.    Jenis kain tapis menurut asal pemakainya

Tapis Lampung dari Pesisir
1.      Tapis Itsuka
2.      Tapis Cucuk Andak
3.      Tapis Semaka
4.      Tapis Kuning
5.      Tapis Cukkil
6.      Tapis Jinggu
7.      Tapis Paksi Pak

Tapis lampung dari Pubian Telu Suku
1.      Tapis Jung Sarat
2.      Tapis Balak
3.      Tapis Linau
4.      Tapis Raja Medal
5.      Tapis Pucuk Rebung
6.      Tapis Cucuk Handak
7.      Tapis Tuho
8.      Tapis Sasap
9.      Tapis Lawok Silung
10.  Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan
1.      Tapis Balak
2.      Tapis Pucuk Rebung
3.      Tapis Halom/Gabo
4.      Tapis Kaca
5.      Tapis Kuning
6.      Tapis Lawok Halom
7.      Tapis Tuha
8.      Tapis Raja Medal
9.      Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak
1.      Tapis Dewosano
2.      Tapis Limar Sekebar
3.      Tapis Ratu Tulang Bawang
4.      Tapis Bintang Perak
5.      Tapis Limar Tunggal
6.      Tapis Sasab
7.      Tapis Kilap Turki
8.      Tapis Jung Sarat
9.      Tapis Kaco Mato di Lem
10.  Tapis Kibang
11.  Tapis Cukkil
12.  Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego
1.      Tapis Rajo Tunggal
2.      Tapis Lawet Andak
3.      Tapis Lawet Silung
4.      Tapis Lawet Linau
5.      Tapis Jung Sarat
6.      Tapis Raja Medal

Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
1.      Tapis Cucuk Andak
2.      Tapis Balak
3.      Tapis Pucuk Rebung
4.      Tapis Cucuk Semako
5.      Tapis Tuho
6.      Tapis Cucuk Agheng
7.      Tapis Gajah Mekhem
8.      Tapis Sasap
9.      Tapis Kuning
10.  Tapis Kaco
11.  Tapis Serdadu Baris


I.       Jenis kain tapis menurut pemakai

Tapis Jung Sarat
Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Raja Tunggal
Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan. Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak
Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak
Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung
Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau
Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget).

Tapis Pucuk Rebung
Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat. Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak
Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat. Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.

Tapis Limar Sekebar
Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir
Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho
Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng
Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.

Tapis Inuh
Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano
Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca
Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang
Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil
Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak
Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.






KPID AWARD 2017 BANDAR LAMPUNG
BERLANGSUNG SANGAT MERIAH



KPID Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema Penyiaran Sehat Menuju Lampung yang Helaw" dan diadakan di Gedung Mahligai Agung Pasca Sarjana Universitas Bandar Lampung dan dibuka meriah dengan pertunjukan musik, tari dan  perkusi.
Kegiatan ini dihadiri oleh Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID Lampung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID Lampung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Dalam sambutannya, Ketua KPID Lampung Bpk.Thamrin Suhaimi mengatakan kegiatan tersebut merupakan apresiasi bagi lembaga penyiaran yang mengedukasi baik media, siaran TV/radio, Sebanyak 15 kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20 televisi.
Kategori Buletin Berita dimenangkan oleh Radar Tv, kategori talks show dimenangkan oleh TVRI Lampung, penyiar radio terbaik dimenangkan Adi Ardiansyah dari Radio Saba Putra, penyiar TV terbaik dimenangkan oleh Yudiin Samantha dari Tegar TV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar