KARYA SMKN 1 SEPUTIH AGUNG
BERHASIL
MENARIK PERHATIAN PENGUNJUNG CITE
SMKN
1 seputih agung adalah sekolah SMK Negeri yang terletak di Provinsi Lampung,
Lampung Tengah, tepatnya di Jl. Raya Dono Arum, Simpang Agung. Banyak sekali
hasil karya dari siswa dan guru SMKN 1 Seputih Agung, mereka bersama-sama
membuat hasil karya yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Contohnya
membuat mesin penggiling batang singkong, mesin ini dapat menggiling hingga
100kg/jam dan 300kg/jam untuk mesin yang lebih besar. Mesin penggiling batang
singkong ini dibuat dibuat pada tahun 2017 dalam waktu satu minggu dan
didampingi oleh guru smk yang juga ikut membantu mereka dalam merakit mesin penggiling
batang singkong tersebut. Siswa SMKN 1 seputih agung termotivasi untuk membuat
mesin penggiling batang singkong ini karena untuk mengurangi limbah batang
singkong dan dapat mengolah batang singkong menjadi pakan ternak warga sekitar,
penggunaan batag singkong sebagai pakan ternak tentunya sangat membantu bagi
warga sekitar. Untuk menggunakan mesin penggiling batang singkong ini adalah
dengan bantuan listrik, dan cara penggunaanya pun cukup mudah, cukup hidupkan
mesin dengan bantuan listrik dan masukan batang singkong dengan sedikit di tekan
kedalam maka batang singkong berubah menjadi serbuk kesil dan siap diolah
menjadi pakan ternak warga sekitar. Namun harap hindarkan mesin penggiling
batang singkong ini dari anak-anak dan harap berhati-hati ketika menggunakan
mesin penggiling batang singkong ini, kita harus fokus, karena jika tidak fokus
bukan tidak mungkin tangan kita akan terkena pisau gilingan yang ada dalam
mesin tersebut.
Bukan
hanya mesin penggiling batang singkong, namun SMKN 1 Seputih Agung juga membuat
pertamini. Pertamini adalah label yang digunakan oleh penjual bahan bakar
minyak (BBM) eceran y ang tidak lagi menggunakan jerigen atau botol, melainkan
menggunakan suatu alat pompa manual dengan grlas takaran. Pertamini menjadi
alternatif tempat pengisian BBM khususnya bagi kendaraan roda dua yang
kehabisan bahan bakar sementara lokasi SPBU masih jauh. Selain menjual bensin
jenis premium, sebagian kios pertamini juga mulai menjual jenis pertamax. Alat
pertamini memiliki tangki cadangan berupa drum dengan kapasitas 200-210 liter
yang ditanam dibawah dinding beton. Bahan bakar dari tangki akan dipompa masuk
ke tangki ukur berkapasitas 5 liter yang dilengkapi batas tera per liter. Bahan
bakar dimasukkan ke dalam tangki kendaraan menggunakan selang dengan nozzle
sebagaimana SPBU Pertamina pada umumnya. Alat ini lebih praktis dibandingkan
dengan menggunakan jligen atau botol. Selain itu dengan adanya ukuran pada
tangki ukur kepercayaan konsumen menjadi meningkat sehingga pada ahirnya dapat
meningkatkan pendapatan penjual. Penjual juga hanya perlu mengantongi izin dari
polsek atau desa setempat untuk dapat membeli bahan bakar dari SPBU resmi.
Pertamini yang didibuat oleh siswa
SMKN I Seputih Agung ini tentunya berbeda dari pertamini lain dan memiliki
keistimewaan, yaitu dapat tetap hidup walaupun tidak lagi terhubung dengan
listrik dan bisa bertahan selama 12 jam pemakaian. Pertamini ini dapat bertahan
hingga 12 jam dikarenakan terdapat penyimpan daya di dalam pertamini tersebut,
dan secara otomatis akan berfungsi menyimpan daya ketika terhubung dengan
listrik dan dapat tetap hidup pula ketika tidak lagi terhubung dengn listrik
selama 12 jam. Maka pengguna pertamini tidak perlu khawatir apa bila terjadi
mati lampu, karna pertamini ini masih dapat di gunakan ketika sedang terjadi
mati lampu.
Namun
kreativitas siswa SMKN 1 Seputih Agung berhenti disitu, mereka juga membuat
mesin bajak satu roda. Mesin bajak atau sering dikenal sebagai luku merupakan
sebuah alat dibidang pertanian yang di gunakan untuk menggemburkan tanah
sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih, dan juga untuk mengurangi
rumput yang tumbuh di sekitar tanaman. Tujuan utama dari membajak adalah untum
membawa tanah bagian dalam yang subur ke permukaan. Bajak manual biasanya
ditarik seekor sapi, dan dapat pula ditarik manusia, namun bajak modern
menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin. Siswa SMKN 1 Seputih Agung
berinovasi membuat mesin bajak dengan satu roda, dimaksudkan agar dapat
mengolah tanah di sela sela tanaman jagung atau singkong tanpa merusak tanaman
tersebut. Dan dapat pula mengurangi rumput liar di sekitar tanaman agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Mesin bajak karya siswa SMKN 1 Seputih Agung
ini menggunakan mesin motor dan menggunakan bahan bakar bensin dan di buat
dalam waktu satu minggu.
Dan
hasil karya siswa dari SMKN 1 Seputih Agung ini kini dapat kita lihat dalam
salah satu stand expo dalam acara CITE (Creativity Innovation Technology
Entrepreneurship) Universitas Bandar Lampung 2017. Pengunjung dapat melihat dan
juga bertanya-tanya langsung dengan siswa perwakilan dari SMKN 1 Seputih Agung
yaitu Zainal Arivin dan Imam Ibnu Kurniawan dalam acara tersebut.
KAIN TAPIS KHAS LAMPUNG
Kain
Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam
menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta
Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui
tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun
cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan
masyarakat.
A.
Latar
belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang
terbesar dibandingkan dengan bagian manapun juga di dunia ini. Setiap suku di
Indonesia mempunyai ciri khas dalam busana daerah mereka yang tentunya
dilengkapi dengan kain-kain yang khas dan menjadi warisan budaya yang sangat
memukau. Salah satu jenis kain tradisional tersebut adalah kain tenun.
Keragaman dan keunikan ragam hias kain tenun tercermin dengan jelas pada unsur
yang terkait dengan pemujaan pada leluhur dan kebesaran alam. Setiap daerah
memiliki ciri khas pada ragam hiasnya yang terkait dengan fungsi sosial budaya
daerah tersebut. Dalam setiap kegiatan ritual keluarga atau agama, sepotong
kain tenun hampir selalu menjadi bagian yang amat penting.
Salah satu kain tenun tradisional Indonesia tersebut
adalah tapis. Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional
masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya, baik terhadap
lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain
tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan
teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat.
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang
berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan
bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Jenis tenun ini
biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung dengan motif
seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang
perak.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas baik
secara empiris atau pun teoritis, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini.
B.
Dalam hal ini,
lokasi penelitian dikhususkan pada Galeri Rusdi Tapis yang terletak di Mol
Boemi Kedaton lantai 2, selain karena waktu penelitian yang lebih efektif, di
tempat ini juga merupakan pusat perbelanjaan di Bandar Lampung.
C.
Narasumber yang
yang akan peneliti wawancarai adalah kak Rusdi pemilik Galeri Rusdi Tapis.
D.
Pengertian kain
tapis
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang
berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan
bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung;
"Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah
hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan
menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan
motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan
benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena
peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih
sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita,
baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk
mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang
dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam
hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi.
E.
Sejarah kain tapis
Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan
tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap
lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain
Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan
teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat.
Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah
menenun kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad
ke-2 Sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid
shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah
meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan sertabunga melati.
Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera
putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga
memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini
terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak
ditemukan di Indonesia.
Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya
perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh,
unsur lama tetap dipertahankan.
Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan
Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim.
Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak
zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan
perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 – 1700 .
Sejarah tapis juga didapat dari Muhammad Ridho Pratama
Putra (Dido Zulkarnaein). Muhammad Ridho Pratama Putra, berpendapat bahwa:
Sejarah Tapis Sejak Masa Pra-Sejarah
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Lampung telah mengenal
tenun Pelepai dan Nampan sejak abad ke-2 SM. (menurut Van der Hoop = sejarawan
asal Belanda).
Sejarah juga mencatat bahwa Tapis Lampung telah
disebutkan dalam prasasti Raja Balitung (Abad ke-9 M.) sebagai barang yang
dihadiahkan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Tapis sejak zaman dahulu
merupakan barang mahal, karena pada dasarnya barang yang dihadiahkan adalah
barang yg memiliki nilai-nilai tertentu. Bersamaan pada abad tersebut kain
songket telah berkembang di lingkungan Kerajaan Sriwijaya, dimana kain songket
telah ada sejak zaman Kerajaan Malayu (Abad ke-5 M).
Penggunaan benang emas dalam budaya tenun Indonesia
merupakan hasil kontak dagang dengan bangsa China sebagai penemu benang emas
sejak Masa Sebelum Masehi.
Sejarah mencatat pula, bahwa Bangsa Lampung telah
melakukan kontak dagang dengan Bangsa China sejak Abad ke-5 M, ketika Kerajaan
P’o-Huang (dapat dieja “Bawang” yang berarti Rawa dalam Bahasa Lampung)
mengirimkan utusannya ke Negeri China pada Tahun 449 M. dengan membawa Upeti
dan 41 jenis barang dari P’o-Huang yang diperdagangkan ke China (kitab Liu Sung
Shu, 420-479 M.). Bahkan berdasarkan temuan keramik China masa Dinasti Han
(203-220 M), mengindikasikan bahwa perdagangan antara Bangsa Lampung Kuno
dengan China telah berlangsung sejak awal Abad Ke-3 M.
Penggunaan benang emas dan kapas dalam tradisi tenun
Lampung merupakan kelanjutan dari teradisi menenun sejak jaman Perunggu atau
Perundagian (antara 3000 – 1500 SM). Ini dapat dilihat dari ragam motif pada
kain-kain tapis kuno, kain inuh dan kain bidak yang bergaya Neolitikum,
seperti: pucuk rebung, meander, manusia, pohon hayat, sulur, binatang dll. Yang
juga terdapat pada nekara dan bejana perunggu, serta pecahan-pecahan gerabah
Neolitikum.
Sebelum mengenal kapas dari bangsa China dan India,
masyarakat Lampung seperti juga masyarakat purba lainnya di dunia telah
memanfaatkan kulit kayu (kulit kayu halim dantangkil), serat pisang, serat
pandan, dll. untuk dipintal menjadi benang sebagai bahan dasar kain tenun.
Untuk masyarakat Lampung, penggunaan benang emas, benang
perak dan kaca merupakan kelanjutan dari tradisi prasejarah, dimana pada masa
itu masyarakat Lampung purbamenghiasi kain tenun mereka dengan menempelkan atau
menyulam benda-benda yang dianggap berharga atau memilki kekuatan magis seperti
manik-manik, kulit kerang, kepingan logam (perunggu), maupun sulaman benang /
serat-serat berwarna terang, hal ini mungkin berkaitan dengan status sosial
masyarakat pada masa itu, dimana semakin semarak ragam hias pakaian atau kain
tenun tersebut, maka semakin tinggi pula status sosialnya. Sisa-sisa tradisi
ini masih dapat kita temui dalam kain tapis kuno, kain inuh, kain bidak, maupun
pada tradisi manik-manik Lampung seperti pada lakkai (wadah seserahan, terbuat
dari anyaman bambu atau rotan) dan peleppai manik-manik maupun pada benda-benda
peniggalan budaya lainnya.
Setelah kontak dagang dengan Bangsa China dan India
terjadi, maka mulailah mereka mengenal penggunaan kapas dan menghiasinya dengan
barang-barang impor seperti benang emas, benang perak, benang sutera alam, dan
kaca. Dan banyak mengalami perkembangan motif seiring dengan perubahan zaman
sampai masuknya pengaruh Islam yang sangat besar, dan semakin menambah kekayaan
ragam hias dan jenis dari kain tapis Lampung itu sendiri.
Namun kini, dari dua ratusan motif dan jenis kain tapis
yang dahulu pernah ada, saat ini tidak lebih dari tiga puluh motif dan jenis
saja yang masih dikenal dan diproduksi, bahkan diantaranya kini terancam hilang
dan nyaris punah. Hal ini dikarenakan rumitnya pengerjaan dan lamanya waktu
proses pembuatan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu jenis kain. Mengingat
jenis kain ini tidak bisa diproduksi dengan mesin.
Selain dari kurangnya kepedulian masyarakat pada
keberadaan tapis-tapis kuno, juga akibat dari perburuan besar-besaran terhadap
kain-kain langka tersebut oleh orang-orang asing.
Catatan:
1. Umumnya kerajaan-kerajaan yang dicatat oleh bangsa
China dalam kitab sejarahnya adalah kerajaan-kerajaan besar.
2. Kain peleppai disebut juga kain kapal karena motif
utamanya berupa kapal arwah, yang berisikan arwah leluhur (kepercayaan jaman
batu), namun baru pada zaman Islam kapal itu dianggap kapal atau bahtera Nabi
Nuh, karena dalam Islam tidak mengenal istilah kapal arwah.
F.
Peralatan untuk
membuat kain tapis
1.
Sesang yaitu alat
untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
2.
Mattakh yaitu alat untuk
menenun kain tapis yang terdiri dari bagian
3.
Terikan (alat
menggulung benang)
4.
Cacap (alat untuk
meletakkan alat-alat mettakh)
5.
Belida (alat untuk
merapatkan benang)
6.
Kusuran (alat untuk
menyusun benang dan memisahkan benang)
7.
Apik (alat untuk
menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
8.
Guyun (alat untuk
mengatur benang)
9.
Ijan atau Peneken
(tunjangan kaki penenun)
10. Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu
benang yang dimasukkan melintang)
11. Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke
tenunan)
12. Amben (alat penahan punggung penenun)
13. Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat
menyulam benang emas.
G.
Bahan dasar kain
tapis
Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun
tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas.
Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk
membuat ragam hias pada tapis dengan sistem sulam.
Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan
bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses
pengolahannya menggunakan sistem ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah
dikenal sejak lama.
Bahan-bahan baku itu antara lain :
1.
Khambak/kapas digunakan
untuk membuat benang.
2.
Kepompong ulat
sutera untuk membuat benang sutera.
3.
Pantis/lilin sarang
lebah untuk meregangkan benang.
4.
Akar serai wangi
untuk pengawet benang.
5.
Daun sirih untuk
membuat warna kain tidak luntur.
6.
Buah pinang muda,
daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.
7.
Kulit kayu salam,
kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.
8.
Kulit kayu mahoni
atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.
9.
Buah deduku atau
daun talom untuk pewarna biru.
10.
Kunyit dan kapur
sirih untuk pewarna kuning.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut di atas sudah jarang
digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan di atas tersebut sudah banyak
diperdagangkan di pasaran.
H.
Jenis kain tapis menurut
asal pemakainya
Tapis Lampung dari Pesisir
1.
Tapis Itsuka
2.
Tapis Cucuk Andak
3.
Tapis Semaka
4.
Tapis Kuning
5.
Tapis Cukkil
6.
Tapis Jinggu
7.
Tapis Paksi Pak
Tapis lampung dari Pubian Telu Suku
1.
Tapis Jung Sarat
2.
Tapis Balak
3.
Tapis Linau
4.
Tapis Raja Medal
5.
Tapis Pucuk Rebung
6.
Tapis Cucuk Handak
7.
Tapis Tuho
8.
Tapis Sasap
9.
Tapis Lawok Silung
10. Tapis Lawok Handak
Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan
1.
Tapis Balak
2.
Tapis Pucuk Rebung
3.
Tapis Halom/Gabo
4.
Tapis Kaca
5.
Tapis Kuning
6.
Tapis Lawok Halom
7.
Tapis Tuha
8.
Tapis Raja Medal
9.
Tapis Lawok Silung
Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak
1.
Tapis Dewosano
2.
Tapis Limar Sekebar
3.
Tapis Ratu Tulang
Bawang
4.
Tapis Bintang Perak
5.
Tapis Limar Tunggal
6.
Tapis Sasab
7.
Tapis Kilap Turki
8.
Tapis Jung Sarat
9.
Tapis Kaco Mato di
Lem
10. Tapis Kibang
11. Tapis Cukkil
12. Tapis Cucuk Sutero
Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego
1.
Tapis Rajo Tunggal
2.
Tapis Lawet Andak
3.
Tapis Lawet Silung
4.
Tapis Lawet Linau
5.
Tapis Jung Sarat
6.
Tapis Raja Medal
Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
1.
Tapis Cucuk Andak
2.
Tapis Balak
3.
Tapis Pucuk Rebung
4.
Tapis Cucuk Semako
5.
Tapis Tuho
6.
Tapis Cucuk Agheng
7.
Tapis Gajah Mekhem
8.
Tapis Sasap
9.
Tapis Kuning
10. Tapis Kaco
11. Tapis Serdadu Baris
I.
Jenis kain tapis
menurut pemakai
Tapis Jung Sarat
Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan
adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang
menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari)
pada upacara adat.
Tapis Raja Tunggal
Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang)
pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan. Di daerah
Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.
Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho
penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar
pangeran dan sutan. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh
pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.
Tapis Laut Andak
Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat
cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada
upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada
acara pengambilan gelar sutan.
Tapis Balak
Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri
anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan
gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh
muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
Tapis Silung
Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat
dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan
dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.
Tapis Laut Linau
Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh
dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin
pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan
pula oleh gadis penari (muli cangget).
Tapis Pucuk Rebung
Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk
menghadiri upacara adat. Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak,
dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.
Tapis Cucuk Andak
Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala
adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan,
pengambilan gelar adat. Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh
pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat. Di daerah Abung Lampung Utara
tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat
perkawinan.
Tapis Limar Sekebar
Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri
pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara
adat.
Tapis Cucuk Pinggir
Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat
dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.
Tapis Tuho
Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya
sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao)
yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam
menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.
Tapis Agheng/Areng
Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar
sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan
dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.
Tapis Inuh
Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri
upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.
Tapis Dewosano
Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai
oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.
Tapis Kaca
Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri
upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara
adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada
saat upacara adat.
Tapis Bintang
Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat
upacara adat.
Tapis Bidak Cukkil
Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat
menghadiri upacara-upacara adat.
Tapis Bintang Perak
Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan
berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.
KPID AWARD 2017 BANDAR LAMPUNG
BERLANGSUNG SANGAT MERIAH
KPID Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema
Penyiaran Sehat Menuju Lampung yang Helaw" dan diadakan di Gedung Mahligai
Agung Pasca Sarjana Universitas Bandar Lampung dan dibuka meriah dengan pertunjukan
musik, tari dan perkusi.
Kegiatan ini dihadiri oleh Gubernur Lampung M.Ridho
Ficardo, Ketua KPID Lampung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda
Lampung, Komisioner KPID Lampung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat,
Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Dalam
sambutannya, Ketua KPID Lampung Bpk.Thamrin Suhaimi mengatakan kegiatan
tersebut merupakan apresiasi bagi lembaga penyiaran yang mengedukasi baik media,
siaran TV/radio, Sebanyak 15 kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20
televisi.
Kategori Buletin Berita dimenangkan oleh Radar Tv,
kategori talks show dimenangkan oleh TVRI Lampung, penyiar radio terbaik
dimenangkan Adi Ardiansyah dari Radio Saba Putra, penyiar TV terbaik
dimenangkan oleh Yudiin Samantha dari Tegar TV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar