Jumat, 29 Desember 2017

Aditya Anugrah Saputra 15711009

ULOS
Tema   : Kebudayaan
Judul   : Tradisi Ulos
       I.            LATAR BELAKANG
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah TobaKaroPakpakSimalungunAngkola, dan Mandailing. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba padahal Batak tidak diwakili oleh suku Toba. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.
Bericara mengenai penggunaan ulos sangat dominan dalam setiap kegiatan adat
    II.            PENGERTIAN ULOS
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat BatakSumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. Warna dominan pada ulos adalah merahhitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggangtaspakaian, alas meja, dasidompet, dan gorden. Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
Ada 3 hal yang di yakini moyang orang batak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu : Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat di dambakan. Ada 3 “sumber kehangatan” yang di yakini moyang orang batak yaitu : matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat di nyalakan setiap saat, namun tidak praktis untuk di gunakan menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus di jaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.
 Ulos pun menjadi barang yang penting dan di butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :
a.       Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).
b.      Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).
Sedangkan menurut penggunaanya antara lain :
a.       Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.
b.      Sihadanghononhon (diletakan di bahu) di gunakan ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.
c.       Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.
Saat ini kita tidak membutuhkan ulos sebagai penghangat tubuh di saat tidur ataupun saat beraktifitas, karena ada berbagai alat dan bahan yang lebih maju untuk memberi kehangatan bagi tubuh pada saat berada pada udara yang sangat dingin. Tetapi Ulos sudah menjadi perlambang kehangatan yang sudah mengakar di dalam budaya batak.

 III.            JENIS ULOS
A.    Ulos Antak antak
Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor (menari).
B.     Ulos Bintang Maratur
Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba, beberapa diantaranya yakni:
a.       Kepada anak yang memasuki rumah baru. Memiliki rumah baru (milik Sendiri) adalah merupakan suatu kebanggaan terbesar bagi masyarakat Batak Toba. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru di anggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut di anggap merupakan suatu berkat dari Tuhan yang maha Esa yang di sertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru adalah merupakan situasi yang sangat menggembirakan, oleh karena itu ulos ini akan diberikan kepada orang yang sedang berada dalam suasana bergembira. Orang batak yang tinggal dan menetap di berbagai puak/horja di sekitar Tapanuli telah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Walaupun konsep dan pemahaman tentang adat itu secara umum adalah sama, namun pada hal-hal tertentu adakalanya memiliki perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adat yang ada sejak turun-temurun. Oleh karena itu pemberian Ulos Bintang Maratur khusus di daerah Silindung di berikan kepada orang yang sedang bergembira dalam hal ini sewaktu menempati atau meresmikan rumah baru.
b.      Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hulahula kepada anaknya. Ulos ini juga di berikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai Parompa (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu di iringi kelahiran anak yang selanjutnya, kemudian ulos ini juga di berikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat babtisan di gereja dan juga bisa di pakai sebagai selendang.
C.     Ulos Bolean
Ulos ini biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
D.    Ulos Mangiring
Ulos ini dipakai sebagai selendang, Talitali, juga Ulos ini di berikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai Simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak di iringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai Parompa (alat gendong) untuk anak. kwlk;jetheth
E.     Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu
Ulos ini dipakai sebagai Talitali dan Selendang.
F.      Ulos Pinuncaan
Ulos ini terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian di satukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos. Kegunaannya antara lain:
a.       Dipakai dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita maupun suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ di sandang oleh Raja-raja Adat.
b.      Dipakai oleh Rakyat Biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat di pakai oleh suhut sihabolonon/ Hasuhuton (tuan rumah).
c.       Kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran (kelompok istri dari golongan hulahula), ulos ini juga di pakai/dililit sebagai kain/hohophohop oleh keluarga hasuhuton (tuan rumah).
d.      Ulos ini juga berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan. Ulos Passamot di berikan oleh Orang tua pengantin perempuan (Hulahula) kepada ke dua orang tua pengantin dari pihak laki-laki (pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.
G.    Ulos Ragi Hotang
Ulos ini di berikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian ulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya di persunting atau di peristri oleh laki-laki yang telah di sebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian ulos ini selalu di sertai dengan memberikan mandar Hela (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut di pakai dan di bawa untuk kegiatan-kegiatan adat.
H.    Ulos Ragi Huting
Ulos ini sekarang sudah Jarang di pakai, konon pada zaman dulu sebelum Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang dililitkan di dada (Hobahoba) yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.
I.       Ulos Sibolang Rasta Pamontari
Ulos ini di pakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada zaman sekarang, Ulos Sibolang bisa di katakan sebagai simbol duka cita, yang di pakai sebagai Ulos Saput (orang dewasa yang meninggal tetapi belum punya cucu), dan di pakai juga sebagai Ulos Tujung untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang di tinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa duka cita Ulos ini di pergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
J.       Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar
Secara umum ulos ini hanya berfungsi dan dipakai sebagai Selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat-istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai Panoropi (yang meramaikan) .
K.    Ulos Sitolu Tuho
Ulos ini difungsikan atau di pakai sebagai ikat kepala atau selendang.
L.     Ulos Suri-suri Ganjang
Ulos ini di pakai sebagai Hande-hande (selendang) pada waktu margondang (menari dengan alunanan musik Batak) dan juga di pergunakan oleh pihak Hulahula (orang tua dari pihak istri) untuk manggabei (memberikan berkat) kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos gabegabe (berkat).
M.   Ulos Simarinjam sisi
Dipakai dan di fungsikan sebagai kain, dan juga di lengkapi dengan Ulos Pinunca yang di sandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani (mendahului di depan). Yang memakai ulos ini adalah satu orang yang berada paling depan.
N.    Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan
Pada zaman dahulu di pakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan di saput (di selimutkan, dibentangkan kepada jasad) dengan ulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya yang di sebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.

O.    Ulos Tumtuman
Dipakai sebagai talitali yang bermotif dan di pakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak pertama dari hasuhutan (tuan rumah).
P.      Ulos Tutur-Tutur
Ulos ini dipakai sebagai talitali (ikat kepala) dan sebagai Handehande (selendang) yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).

Gambar 3.1. Contoh Ulos

 IV.            PENGRAJIN ULOS
Sejumlah ibu-ibu dan beberapa gadis muda tampak asyik menenun ulos di depan rumah sambil bercengkrama dibarengi jari-jemari mereka lincah memainkan benang-benang yang meluncur dan kayu-kayu yang menjepit. Itulahah gambaran singkat Desa Lumban Suhi-suhi Toruan, desa pengrajin ulos.
Desa Lumban Suhi-suhi Toruan terletak di antara pelabuhan Tomok dan Kota Kabupaten Samosir, yaitu Pangururan. Butuh waktu sekitar 40 menit dari desa Tomok atau 20 menit dari Pangururan menuju desa pengrajin ulos ini melalui jalan darat. Ulos adalah kain terun khas Batak berbentuk selendang. Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan tubuh dan melindunginya dari terpaan udara dingin.
Desa pengrajin ulos sebenarnya telah lama terbentuk dengan tujuan untuk melestarikan kain tenun khas Batak agar tidak punah seiring dengan berkembangnya mode yang semakin lama menyebabkan warisan Indonesia tersebut semakin tenggelam. Serta beberapa alasan lainnya untuk mempertahankan eksistensi kain ulos tersebut agar tetap digunakan pada momen-momen tertentu.
Di depan rumah, para wanita penenun ulos ada duduk di atas papan kayu dan juga ada yang di tikar dengan peralatan tenun di atas kaki mereka. Bilah-bilah kayu digerakkan, maju mundur untuk merapikan benang, dan mengencangkan tenunan. Sambil menenun, sebuah selongsong benang diluncurkan dari sudut kanan ke kiri serta sebaliknya untuk membuat motif. Mereka terlihat sangat menikmati aktifitas tersebut yang dilakukannya tiap hari.
Alat tenun yang mereka gunakan pun masih sederhana. Bahan-bahan yang menunjang untuk teknologi itu juga didapatkan dari sekitar wilayah mereka tinggal. Seorang anak gadis terlihat menggulung dan merapikan benang dengan memutarnya pada sebuah alat seperti roda. Ada juga yang memisah-misahkan benang. Masyarakat Batak umumnya menggunakan kain ulos pada acara-acara adat, pernikahan, pemakaman, maupun pesta marga. Buat pengunjung, ulos menjadi cinderamata dari tanah Batak. Menurut catatan, masyarakat Batak Toba dahulu hanya memakai kain ulos sebagai pakaian yang dibuat sendiri dengan cara menenun. Namun, sejak wilayah Samosir dikembangkan menjadi destinasi wisata, masyarakat melakukan kegiatan menenun ulos untuk dijadikan sebagai tanda mata bagi wisatawan.
Tak hanya itu, dalam proses pembuatan kain tenun Ulos, para pengrajin menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hal itu berfungsi untuk menjaga kualitas kain tenun ulos agar tetap awet dan tidak mudah luntur.
Selain itu bahan-bahan pewarna alami tersebut juga mudah di dapatkan di sekitar Pulau Samosir, sehingga para pengrajin tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih untuk membeli bahan-bahan pewarna buatan yang harganya cukup mahal, dan dapat mempengaruhi kualitas kain tenun Ulos.
Gambar 4.1. Pengrajin Ulos
           Gambar 4.2. Pengeringan Ulos


CITE
Teknologi Tepat Guna
(SMA NEGERI 3 METRO)
Mentor by
            Arif Sulistyo
Team ROBOTIK
·         Agung Nugroho
·         Alfatur Farhan Prihantoro
·         Deni Ryan Sanjaya
·         M. Riza Alfiansyah
·         Robby Satya Wicaksana

Latar Belakang Robotik SMKN 3 Metro
Latar belakang terbentuknya ekskul robotic SMK Negeri 3 Metro yaitu bermula diawal tahun 2015 dalam ekskul robotic yang hanya terdapat 5 orang murid dan mentor lulusan S1 elektronika Yogyakarta, setelah 1 tahun merintis dan berdirinya ekskul robotic di SMKN 3 Metro barulah mengikuti kompetisi di berbagai daerah di Metro maupun di luar Lampung.

Home Controller Android System
1.      Jemuran Otomatis
Jemuran Otomatis ini bekerja dengan menggunakan Sensor Cahaya dan Sensor Hujan (Air) dan digerakkan menggunakan Motor DC 12 V lalu di program Dengan Arduino, yang mana sensor cahaya dan sensor hujan tersebut memiliki value (nilai) yang dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal keadaan cahaya dan hujan kesistem jemuran otomatis ini.
2.      Kendali Dan Monitoring Lampu Dan Listrik Menggunakan Android
Prinsip kerja alat ini adalah mematikan lampu dan menghidupkan dan mematikan lampu dari jarak tertentu tanpa harus menekan saklar jika ingin menghidupkan lampu. Dan dalam Monitoring listrik dengan cara menghitung berapa rupiah pemakaian listrik adalah dengan menghitung watt listrik dan mengalikannya biaya perKWH
3.      Kendali Pintu Gerbang Dengan Android Dan Alarm Mobil
Cara kerja alat ini adalah ketika kita mengirimkan sinyal melalui smartphone dan alarm mobil lalu sinyal akan di terima oleh modul Bluetooth untuk memberikan perintah menutup atau membuka gerbang. Kelebihan alat ini kita tidak perlu lagi susah-susah untuk turun dari mobil dan harus membuka gerbang yang bahkan saat sedang hujan, kita hanya duduk diam saja di dalam mobil dan menunggu gerbang terbuka.

KPID AWARD LAMPUNG 2017
Ajang Penghargaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema Penyiaran Sehat Menuju Lampung Yang Helaw" yang dilaksanakan di Gedung Mahligai Pasca Sarjana Universitas Bandar LAmpung,Selasa,28 November 2017.

Kegiatan dihadiri Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID LAmpung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID LAmpung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.
Dalam Sambutannya Ketua KPID Lampung Bpk M.Thamrin S.Hut Mengatakan Kegiatan Ini Merupakan Apresiasi kami kepada penyiar baik media, siaran Tv/ Radio, kami ingin memberikan penghargaan sebanyak 15 kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20 televisi.
Kategori Buletin Berita Dimenangkan Oleh Radar Tv, Kategori Talks Show dimenangkan Oleh TVRI Lampung, Penyiar Radio Terbaik Dimenangkan Adi Ardiansyah Dari Radio Saba Putra, Penyiar TV Terbaik dimenangkan Oleh Yudiin Samantha Dari Tegar TV dan 11 Kategori Lainnya.

Harapannya bahwa Media, Penyiar TV/Radio mempunyai peran besar dalam Pembangunan Provinsi Lampung dan mempunyai satu tekad menuju lampung helaw, saya sangat berterimakasih kepada Gubernur Lampung karena Pak Gubernur Lampung adalah gubernur yang peduli akan penyiaran (Gubernur Lampung Mendapatkan Pengharagaan Sebagai satu satunya Gubernur Yang Peduli Penyiaran Daerah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar