Sabtu, 16 Desember 2017

M Irvan Pratama / 15711026




Tugas 1
Creativity, Innovation, Technology Entrepreneurship (CITE) 2017 and Internasional Conference The 4th ICETD 2017

Dalam rangka menyambut hari kebangkitan teknologi nasional yang ke-22 ,Universitas Bandar Lampung telah menggelar seminar dan pameran akbar yaitu Creativity, Innovation, Technology Entrepreneurship (CITE) 2017  mulai dari tanggal 23-26 Oktober 2017 di Mahligai Agung Convention Hall, Kampus II Dra. Hj. Sri Hayati Barusman. Creativity, Innovation, Technology Entrepreneurship (CITE) 2017 merupakan ajang  dimana para peneliti, komunitas,mahasiswa ,pelajar serta  investor khususnya di Provinsi Lampung untuk lebih mengembangkan kreatifitas serta inovasi yang mereka miliki  berbasis teknologi dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam mengembangkan potensi keilmuannya.

Selain menggelar Creativity, Innovation, Technology Entrepreneurship (CITE) 2017 , Universitas Bandar Lampung juga telah melaksanakan event tahunan  The 4th ICETD ,merupakan forum internasional dibidang teknologi dan engineering dengan tema “ Recent Advancements in Sustainable Design and Construction”  yang memaparkan penemuan-penemuan terbaru dan penelitian lapangaan khususnya dalam bidang keilmuan teknologi dan engineering.

Salah satu dosen dari Universitas Bandar Lampung yang juga sebagai KeyNote dalam acara  The 4th ICETD ,Riza Muhida menjelaskan bagaimana perkembangan drone untuk mendukung Smart Cities khususnya dalam mengembangkan potensi teknologi yang ada di Provinsi Lampung. Selain untuk memantau arus lalu lintas maupun pengambilan gambar yg dilakukan oleh pihak media telekomunikasi ,drone juga bisa lebih di kembangkan untuk sector pertanian ,arsiterktur ,geoteknologi ,perkotaan ,dan lain-lain dengan memanfaatkan penelitian-penelitian yang ada.

Terakhir , Rektor UBL, Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, MBA menjelaskan acara ini mempunyai tujuan agar masyarakat terutama insan muda Indonesia untuk berkarya kreatif, inovatif,  berteknologi dan berjiwa kewirausahaan untuk mengedukasi masyarakat untuk terus berkarya, mengembangkan karya berbasis teknologi. Event ini juga ditujukan untuk mengeksplore hasil penelitian mahasiswa , perusahaan berbasis IT, SMK khususnya dibidang keilmuan teknologi, ukm, dan lembaga kedinasan ataupun swasta yang ada di Provinsi Lampung. (MI)


Tugas 2


KPID Award 2017 ,Ajang Apresiasi Insan Penyiaran Daerah

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Lampung kembali menggelar kegiatan tahunan penghargaan KPID Award 2017 ke-7 yang berlangsung di Gedung Mahligai Agung, Pasca Sarjana Universitas Bandar Lampung, Selasa (28/11/2017) lalu. KPID Lampung Award 2017 dibuka oleh penampilan perkusi dan tarian lampung dan dibuka oleh presenter Ibukota, Aldi Taher dan rekannya. KPID Lampung Award dihadiri langsung Gubernur Lampung M Ridho Ficardo ,Ketua DPRD Lampung Dedi Afrizal ,perwakilan KPID nasional, pimpinan lembaga penyiaran, dan pimpinan perguruan tinggi serta rekan pers lampung. 

Menurut Ketua KPID Lampung, Tamri Suhaimi mengatakan kegiatan KPID Award merupakan apresiasi bagi lembaga penyiaran yang mengedukasi dengan harapan ajang penghargaan ini agar insan penyiaran Lampung dapat memberikan nuansa baru bagi dunia penyiaran Indonesia. "Penyiaran berperan penting dalam pembangunan daerah". ujarnya. Pada KPID Award ke-7 ini, seluruh lembaga penyiaran diharapkan menyajikan tayangan bermutu dan KPID Lampung secara langsung berterima kasih kepada Gubernur Lampung yang peduli pada penyiaran daerah yang sebelumnya menerima penghargaan di tingkat nasional, KPI Award 2017 dalam kategori Pemerintah Daerah Peduli Penyiaran 2017. " Sepanjang sejarah walaupun baru menjabat 1 masa periode, Gubernur yang paling peduli terhadap penyiaran hanya Ridho Ficardo, sehingga menerima penghargaan Pemerintah Daerah Peduli Penyiaran 2017," tegasnya.

Dalam sambutannya ,Gubernur Lampung Ridho Ficardo mengapresiasi KPID Lampung atas penghargaan bagi lembaga penyiaran yang menampilkan program siaran bermutu. “KPID Award ini barometer kompetisi sehat dan tidak kalah pentingnya adalah wadah silaturahmi antar insan penyiar. Khususnya media siaran yang menjadi salah satu alat kontrol penyelenggaraan pemerintah daerah,” ujarnya. Gubernur Lampung Ridho Ficardo juga meminta lembaga penyiaran di Provinsi Lampung memproduksi siaran yang mencerdaskan, sehat, dan bermanfaat dan produksi siaran juga dituntut agar inovatif, mendidik, informatif, sehat, dan menghibur. Ridho Ficardo juga memberikan selamat kepada para pemenang KPID Award 2017 semoga pemenang dapat menjadi contoh untuk kedepannya dan dapat memajukan penyiaran daerah.

Penghargaan tahun ini meliputi 15 kategori untuk 20 lembaga penyiaran televisi lokal dan nasional serta 35 radio swasta dan pemerintah se-Lampung. Dengan adanya penghargaan seperti ini diharapkan insan-insan media penyiaran khususnya di daerah agar lebih peduli akan penyiaran sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi masyarakat lewat siaran/konten/informasi yang disampaikan. (MI)


Tugas 3




Pentingnya Membangun Minat Baca di Kalangan Anak-Anak

TOR (Term Of Reference)

Tema / Judul :
Pendidikan x Kebudayaan

Latar Belakang :
Di  era digital sekarang kebutuhan akan informasi telah mudah di dapat melalui bermacam-macam teknologi yang ada seperti gadget ,laptop, ataupun media sosial. Kemudahan ini membuat orang malas untuk membaca buku atau media cetak lainnya khususnya bagi kalangan anak-anak/pelajar dikarenakan ada hal yang mudah mereka dapatkan dengan cepat lewat internet. Dalam hal ini membuat anak-anak menjadi ketergantungan akan teknologi yang disuguhkan dizaman sekarang dan menjadi dampak negatif bagi mereka yang terlalu addict menggunakan internet dikarenakan akan membuat mereka menjadi malas membaca buku. Oleh karena itu ,disini saya ingin mencoba menghilangkan atau bahkan mencegah dampak tidak baik seperti itu lewat wawancara mendalam disuatu sekolah dasar negeri di Bandar Lampung dan Komunitas Taman Baca Anak bagaimana mereka menyikapi fenomena seperti itu yang menimpa anak-anak dan pelajar zaman sekarang. Karena dari membaca ,ilmu yang kita dapatkan akan benar-benar di rasakan dampaknya kelak ketimang mencari atau mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya dari internet maupun media sosial.

Tempat Liputan :
SDN 1 Kebon Jeruk
Taman Baca Masyarakat Merdeka

Narasumber :
Guru
Orang Tua
Pelajar / Mahasiswa
Pengajar (Volunteer)
Dinas Pendidikan Prov Lampung
Expert / Ahli dibidang Pendidikan

Rencana Tulisan : 
1)      Pengertian Membaca menurut Expert/Ahli
2)      Fakor Penyebabnya
3)      Dampak yang di timbulkan
4)      Solusi
5)      Kesimpulan

Pentingnya Membaca

Membaca adalah kegiatan dengan panca indra mata yang kemudian diproses lebih lanjut menggunakan akal. Membaca adalah kegiatan menggali informasi dari tulisan. Membaca sangat bermanfaat untuk kita, selain meningkatkan pengetahuan juga membuat wawasan kita menjadi luas. Dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai pengetahuan, tanpa harus melihatnya secara langsung. Menurut Anderson dan kawan-kawan (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan seseorang, bukan saja di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan.

Soedarso berpendapat bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau perguruan tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Salah satu tajuk di situs Antara News yang memberitakan bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia terendah diantara 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi.

Buku adalah jendela dunia. Kalimat yang sering kita dengar dari kecil hingga dewasa. Tanpa harus berkeliling dunia, membaca buku dapat mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar. Membaca merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Membaca juga dapat menjauhkan kita dari jurang kebodohan dan menjauhkan pula dari kemiskinan. 

Agus M. Irkham menyatakan bahwa seringkali kita menghubungkan antara minat baca dengan kemampuan menulis. Jadi, kalau kebiasaan membaca sudah menjadi kebiasaan hidup, dengan sendirinya kita akan mudah menulis. Hubungan antara membaca dengan menulis sangat ketat, meski tidak seketat antara mendengar dengan berbicara. Untuk dapat menulis, kita harus membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis.

Menurut harian Kompas, terbitan 12 Juni 2009, minat mahasiswa untuk membaca berbeda dengan mahasiswa jaman dulu. Harian tersebut menyebutkan bahwa, banyaknya literatur dan penerbit buku tidak mempengaruhi minat membaca mahasiswa. Pada jaman dahulu, saat fasilitas masih terbatas para mahasiswa mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk membaca. Pembangunan perpustakaan dan pembelian referensi yang banyak nampaknya kurang menyentuh minat mahasiswa untuk membaca literatur yang berkaitan dengan mata kuliah yang diambil. Aktivitas membaca mahasiswa mengalami penurunan tersebut, kemungkinan dipengaruhi oleh teknologi informasi yang sudah sangat maju. Berbagai macam hiburan yang tidak mengikutsertakan media buku, menjadi lebih menarik, karena membaca membutuhkan perhatian khusus yang tidak dapat diselingi dengan aktivitas lain.

Menurut Sindonews.com terbitan 19 September 2013. Minat baca warga negara Indonesia sangat rendah dan memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks nasional yang menyebutkan bahwa indeks baca di Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca negara maju berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62. Hasil tersebut membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga dari bawah untuk minat baca.

Faktor Penyebabnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca dapat bersifat personal  dan institusional. Faktor personal antara lain: inteligensi usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional antara lain  tersedianya bacaan yang sesuai, latar belakang status sosial ekonomi, dan kelompok etnis serta pengaruh teman sebaya, orang tua, guru, televisi, dan film.
 Faktor penyebab rendahnya minat baca dikalangan remaja antara lain: 

1.    Lingkungan

Lingkungan adalah faktor utama dalam pembentukan  kepribadian seseorang, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
  • ·        Lingkungan keluarga
Lingkungan yang pertama kali kita kenal adalah lingkungan keluarga. Oleh karena itu lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat utama dalam mempengaruhi pribadi seseorang. Sosok  ibu merupakan memegang peran penting dalam menanamkan karakter anaknya.
Nenek kita mewariskan kebiasaan yang kurang  baik kepada anak cucunya yaitu kebiasaan memberikan informasi dengan lisan seperti berdongeng dan bercerita sebagai penghantar tidur. Begitu pula dengan orang tua sekarang. Mereka lebih senang menonton televisi, mendengarkan radio dan  berbincang-bincang dalam menggali informasi. Sehingga tidak meneladankan kebiasaan membaca kepada anaknya. Teladan atau contoh penting dilakukan dalam penanaman nilai nasionalisme untuk anak usia dini. Anak-anak cenderung menjadikan model dalam bertingkah laku. Setiap perilaku orang yang dijadikan model bagi anak akan diamatidan lama kelamaan akan ditiru daam perilaku anak sehari hari.
  • ·         Lingkungan masyarakat
Dalam melakukan aktivitas ataupun rutinitas keseharian kita lebih berkecimpung dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat turut menyumbang peran yang besar pula. Lingkungan masyarakat dapat kita sebut teman, sahabat, dunia kerja, dan masyarakat itu sendiri. Seseorang yang memiliki teman yang suka menunda-nunda tugas, suka mbolos dan senang berbelanja akan ikut terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan buruk temannya. Oleh karena itu lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam membentuk kebiasaan dan karakter kita.

2.    Teknologi yang semakin canggih
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini semakin canggih. Akan tetapi tidak diimbangi dengan penggunaan, pengawasan, pengendalian yang baik. Generasi muda merupakan pengguna terbesar kemajuan teknologi informasi ini. Tersedia banyak media hiburan seperti  TV, komputer, handphone, VCD, tape recorder, dan lain–lain sangat memanjakan penggunanya. Tanpa kita sadari kemanjaan sangat menyita waktu. Sehingga generasi muda kita terlelap dalam kemanjaan dan tidak memiliki waktu untuk kegiatan membaca.

3.  Siswa kurang didorong membaca untuk belajar ( reading to learn )
Kebanyakan dari pembelajaran yang digunakan hanya menggunakan model penjelasan, siswa tidak diarahkan untuk mencari materi atau membaca buku referensi sehingga cenderung pasif hanya sebagai penerima saja, dan tidak ada keinginan atau untuk berusaha membaca untuk belajar.

4.  Kurangnya Kesadaran  
Meskipun kedua faktor di atas tidak ada, hobi membaca tidak akan tercipta jika kita tidak menanamkan kesadaran akan manfaat membaca. Namun sebaliknya, meskipun kedua faktor di atas ada,  jika masing-masing individu menanamkan rasa kesadaran akan pentingnya membaca, tentu saja hobi membaca akan muncul dalam diri kita dan membaca akan menjadi kebutuhan bagi diri kita.

5.  Rendahnya Motivasi         
Motivasi dari berbagai pihak amat dibutuhkan. Di sekolah motivasi dan tauladan dibawa oleh sosok guru. Akan tetapi faktanya saat disaat waktu senggang seperti istirahat guru lebih banyak menghabiskan untuk ngobrol, merokok, menonton televisi ataupun bermain catur. Di rumah sosok orang tua sangat berperan dalam memberi motivasi membaca. Motivasi terpokok yaitu motivasi dari diri sendiri yang harus ditumbuhkan sehingga dapat memberikan pedoman yang kuat dan tetap konsisten untuk senantiasa membaca.

6. Kondisi perpustakaan masih lemah
Kondisi perpustakaan di Indonesia sekarang secara umum masih lemah. Daud (dalam Adiningsih) menjelaskan banyak ulasan tentang begitu menyedihkanya kondisi perpustakaan di Indonesia. Koleksi buku yang berjumlah 410.147 eksemplar kian menyusut karena ada 40% buku tidak kembali, serta kegiatan ilmiah terhenti.

7. Kurangnya referensi buku di perpustakaan
“Ketersediaan buku merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana yang kondusif untuk membaca” (Harjasujana dan Misdan). Referensi buku yang terbatas menyebabkan minat baca di kalangan generasi muda menurun, jangankan untuk membacanya, mendatanginya pun enggan karena terbatasnya referensi buku–buku di perpustakaan. Berdasarkan penelitian Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (Adiningsih)  baru menunjukkan 5% dari sekitar 300.000 sekolah SD di Indonesia serta baru 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai.[1]

8. Suasana Perpustakaan yang kurang nyaman
Penataan ruangan, penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan seseorang enggan untuk pergi ke perpustakaan dalam rangka membaca dan mencari sumber referensi. Selain itu pelayanan, pencahayaan dan sirkulasi udara juga turut menjadi pertimbangan seseorang akan mengunjungi perpustakaan. Faktor ini dapat menjadikan seseorang yang awalnya sudah berniat ataupun sudah mengunjungi perpustakaan akan enggan melanjutkan kegiatannya di perpustakaan

Dampak 

Faktor-faktor  yang  menyebabkan  rendahnya minat baca di kalangan genarasi muda, akan membawa dampak yang merugikan. Adapun dampak yang ditimbulkan dari rendahnya minat baca anatara lain :

1. Mengalami kesulitan memahami, menguasai, mentransfer, dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk produksi barang dan jasa bermutu.[2]

2. Generasi muda akan mudah dipengaruhi atau didoktrin oleh pemahaman–pemahaman yang negatif.
Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan seseorang memiliki dasar yang dangkal. Seseorang seperti ini pastilah akan mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang negatif.

3. Tidak berkembangnya kreativitas.
Kreatifitas akan muncul apabila seseorang mengembangkan pola berfikir serta tanggap terhadap lingkungan sekitar. Pengembangan pola berfikir ini diperoleh dalam kegiatan membaca. Pola fikir yang berkembang menjadikan tanggap terhadap lingkungan sehingga memunculkan ide-ide kreatif. 

4. Tidak mengetahui informasi terbaru atau kurang update sehingga sulit untuk memajukan diri sendiri maupun lingkungan.

5.  Generasi muda menjadi miskin akan wawasan, karena tidak adanya kefahaman dan wawasan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan mengenai apa yang terjadi. Remaja cenderung kurang peduli terhadap apa yang terjadi disekitarnya dan memilih menutup diri mementingkan trend yang sedang hangat.

6. Bangsa akan kehilangan aset terpenting yaitu para pemuda, karena para pemuda tidak menumbuhkan rasa cinta terhaadap bacaan sejarah dan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan pendahulu.

Solusi

1. Meningkatkan jumlah dan  layanan perpustakaan di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, dengan dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di tingkat propinsi, kecamatan, dan  desa).

2. Membudayakan cinta baca mulai dari keluarga, dengan menumbuhkan minat baca sejak dini kepada anak-anak seperti melalui buku cerita atau buku bergambar. Membawa anak-anak sesering mungkin berkunjung ke pusat-pusat buku, perpustakaan, toko buku, atau bursa(book fair), dll.

3. Menyediakan progam wajib baca baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah.

4. Berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku bacaan yang baik.

5. Mengontrol penggunaan media elektronik (tv, vidio, game, internet) melalui peran orang tua dan guru, dimana guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan pemahamaan terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasai.

6. Tarigan mengemukakan bahwa sikap ingin tahu intelektual dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan baru akan menolong seseorang mengembangkan minat bacanya.

7. Meningkatkan koleksi perpustakaan (koleksi bahan pustaka). Agar para pengunjung, terutama generasi muda tertarik untuk mengunjungi perpustakaan sehingga minat baca mereka akan meningkat.

8. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca dapat memperjelas konsep dan menarik perhatian pembaca. Hal ini menurut Piaget ,anak usia Sekolah Dasar berada pada taraf berfikir rasiona konkret. Ia menambahkan usia sekolah dasar kemampuan berfikir,bernalar,dan perkembangan bahasamemerlukan simbol-simbol atau gambar.

9. Membuat slogan-slogan giat membaca.

10. Memperbaruhi sistem Pembelajaran di Sekolah dengan cara guru memberikan tugas pembelajaran yang menantang dan menarik untuk siswa misalnya dalam proses kegiatan belajar guru memberikan atau memunculkan masalah yang dapat didiskusikan bersama dengan siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk menggali banyak informasi melalui aktivitas membaca.

11. Memperbaiki kerjasama dengan penerbit dan percetakaan buku dalam pengadaan buku murah berkualitas.
Guna mengatasinya, mungkin kita perlu mengusulkan agar pihak universitas meneliti Departemen Membaca, nantinya departemene itu akan intens melakukan penelitian dalma bidang membaca. Kemudian, hasil penelitian itu disosialisasikan ke guru-guru di sekolah. Tak hanya itu, departemen itu juga memberikan masukan dan saran kepada para guru di sekolah tentang bagaimana cara menajarkan anak didik agar tertarik membaca buku hingga tuntas.

Kesimpulan :

Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebiasan membaca. Karena apabila anak membaca tanpa mempunyai minat baca yang tinggi maka siswa tersebut tidak akan membaca dengan sepenuh hati. Apabila anak tersebut membaca atas kemauan atau kehendaknya sendiri maka anak tersebut akan membaca dengan sepenuh hati. Apabila anak sudah terbiasa dengan membaca, kebiasaan tersebut akan dilakukan secara terus-menerus. Selain itu ,kegemaran membaca memberikan dampak yang positif untuk siswa tersebut. Karena minat baca yang sangat tinggi menjadikan minat belajarnya pun tinggi. Anak yang senang membaca akan mempunyai pengetahuan yang luas dari buku yang dibacanya. Sangat disayangkan, apabila anak tidak suka membaca atau mempunyai minat membaca yang rendah karena pengetahuan siswa akan sempit.

Memang tidak mudah melakukan hal tersebut apalagi di era digital seperti saat ini. Namun, kecerdasan anak dipengaruhi oleh keahliannya dalam membaca. Jika kita sebagai orangtua atau masyarakat yang peduli akan pendidikan ingin anak-anak cerdas, maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan membiasakan mereka membaca sejak awal dan terus mengawalnya hingga mereka menjelang dewasa. (MI)


Lampiran :


Kegiatan mengajar seni membaca dan menulis di Taman Baca Masyarakat Merdeka lalu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar