Rabu, 03 Januari 2018

Calvin Changgara - 15711012

Sushi
Tema   : Kuliner
Judul   : Sushi

I.                   Latar Belakang

Siapa sih yang tidak mengenal sushi? Saya rasa semua orang hampir pernah mendengar jenis masakan ini. Sushi identik dengan nasi yang diberi lauk (bahasa jepang: neta) di atasnya. Lauk ini sangat beragam jenisnya. Bisa berupa makanan laut, daging, sayur, baik mentah atau yang sudah dimasak. Nasi sushi cenderung memiliki rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula. Kata "sushi" sendiri berasal dari kata sifat masam, yang ditulis dengan huruf kanji sushi, dimana penulisannya menggunakan huruf kanji 寿司.
Pada awalnya sushi dikenal sebagai salah satu jenis pengawetan ikan yang disebut dengan "gyoso". Gyoso ini adalah tehnik pengawetan ikan yang dilakukan dengan cara membaluri atau membalut ikan dengan menggunakan garam dapur, bubuk ragi atau ampas sake. Konon kebiasaan mengawetkan ikan ini berasal dari daerah pegunungan di sekitar asia tenggara. Dalam hal susushi, ikan dibalut dengan menggunakan nasi yang telah dibumbui dengan cuka. Dasar ilmiah di balik proses ini adalah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi akan menguraikan asam amino dari daging ikan sehingga bisa menjadi lebih tahan lama. Disamping itu, proses ini juga akan menghasilkan salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut dengan umami. (mengenai rasa umami, Penulis akan membahasnya dengan lebih lanjut dalam sebuah issue tersendiri)
Sushi mulai terkenal sejak jaman edo, dimana pada saat itu sushi disebut dengan nama "Nigirizushi". Sebelum jaman edo, sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis "Oshizushi" (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi). Jaman dahulu, 1 kan (1 porsi) sushi setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi pada jaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut dengan "Ikkanzushi" yang mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih. Pada jaman Edo akhir, nigirizushi mulai mengalami perkembangan, dimana porsinya sudah dikurangi agar lebih mudah untuk dinikmati. Disamping nigirizushi, juga dikenal sushi jenis baru yang sekarang disebut "Edomaezushi". Sushi ini diciptakan oleh seorang ahli sushi yang bernama Hanaya Yohei. Seperti halnya nigirizushi, sushi jenis ini juga memiliki ukuran yang cukup besar, hampir menyerupai onigiri.

II.                Tempat Liputan
A.    Sushi Okage – Mall Boemi Kedaton , Lampung

III.             Narasumber
B.     Bapak Haryono – Owner Sushi Okage
A.Sejarah

Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam",[2] suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.[3]
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi).[4] Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi. Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi.[4] Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud pada tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.

Jenis
Sushi pada umumnya digolongkan berdasarkan bentuk nasi, antara lain nigirizushi, oshizushi, chirashizushi, inarizushi, dan narezushi.

Nigirizushi
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belutunagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil laut Teluk Tokyo, tetapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi (生寿司?, sushi mentah) dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.

Bahan untuk nigirizushi
Ikan: aji (selar), iwashi (lemuru), kajikimaguro (marlin), katsuo (cakalang), karei (ikan lidah atau ikan sebelah mata kanan), salem), saba (ikan kembung), sanma (saury), suzuki(kerapu), kakaphamachi (ikan sunglir, nama bergantung usia ikan, bisa disebut buri atau kanpachi), ikan hiramasahirame (ikan sebelah), toro (daging perut yang berlemak dari ikan tuna atau tongkol), mekajiki (todak), ikan ainame.
  • Kerang: aoyagi (bakagai), akagaihotategai (tiram), hokkigai (ubagai), mirugai (mirukui), tsubu.
  • Belut: anagounagi
  • Udang: amaebi, blacktiger, kuruma ebilobsterbotan ebi
  • Kepiting (rajungan): zuwaiganitarabagani
  • Telur ikan: ikuratobiko
  • Cumi-cumi, uni (bulu babi), dan gurita
  • Aburagekanikamaboko (kamaboko daging kepiting tiruan), kampyo (serutan labu yang dikeringkan), mentimun, dashimakinatto (kedelai fermentasi), neri ume (saus buah plum), negitoro (cacahan daging ikan tuna dengan daun bawang), tsukemono (sayuran hasil fermentasi).
Sushi yang dijual di kaitenzushi mempunyai banyak variasi neta yang bukan asli Jepang, seperti miniburg (daging isi hamburger), berbagai macam jenis daging seperti charsiu, ikan tuna kaleng, dan avokad.
Cara makan
  • Nigirizushi dinikmati dengan mencelup sedikit bagian neta ke dalam kecap asin.
  • Nigirizushi umumnya dimakan dengan tangan, walaupun boleh-boleh saja dimakan memakai sumpit.
  • Nigirizushi biasanya dimakan dengan sekali suap.
Teknik mengepal nasi
Ada beberapa teknik mengepal nasi yang merupakan seni keterampilan yang harus dikuasai ahli sushi (寿司職人 sushi shokunin?):
  • Tegaeshi:
    • Hon tegaeshi
    • Ko tegaeshi
    • Tate gaeshi
    • Yoko tegaeshi
  • Oyayubi nigiri
Berdasarkan kekuatan tangan sewaktu mengepal, bentuk nasi bisa berupa bentuk silinder (tawaragata), kotak persegi empat (hakogata), dan kapal (funegata).
Di restoran kaitenzushi, nasi yang sudah dibumbui dibentuk secara otomatis menggunakan mesin sushi, bahkan ada nasi bentukan mesin yang sudah diberi wasabi atau diikat dengan nori. Mesin pembuat sushi ada juga yang terlihat seperti tempat nasi tradisional dari kayu agar penikmat sushi mendapat kesan seolah-olah makan sushi yang dikepal oleh ahli sushi sungguhan
.
Ahli sushi

Sushi yang telah disiapkan ahli sushi di sushi bar, di kaitenzushi di atas piring-piring beredar.
Ahli sushi (sushi shokunin) adalah sebutan terhormat ahli sushi di restoran sushi tradisional. Di Jepang, ahli sushi merupakan profesi terhormat dengan penghasilan tinggi.
Ahli sushi pada umumnya adalah pria, dan wanita hampir tidak pernah diberi kesempatan. Di restoran sushi, jenis kelamin laki-laki adalah syarat tidak tertulis untuk menjadi ahli sushi. Tradisi ini berasal dari tradisi kuno Jepang yang menempatkan laki-laki pada kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Walaupun demikian, alasan yang lebih masuk akal adalah suhu tubuh pria yang umumnya lebih rendah dari suhu tubuh wanita. Perubahan fisiologis setiap bulan yang dialami wanita menyebabkan wanita tidak sesuai untuk memegang makanan laut mentah yang rasa dan warnanya mudah dipengaruhi suhu tubuh orang yang memegang.
Di Jepang, ahli sushi wanita umumnya tidak disukai pengunjung restoran sushi. Selain itu, pertimbangan higienis yang tidak jelas asal-usulnya menjadikan ahli sushi tetap merupakan didominasi pria. Walaupun demikian, wanita ahli sushi mulai banyak dipekerjakan di kaitenzushi. Mereka dilarang keras menggunakan kosmetik yang mengandung parfum atau mengecat kuku.
Menurut cerita yang suka dibesar-besarkan, syarat bagi ahli sushi untuk bisa mandiri adalah pengalaman magang paling sedikit 10 tahun, mencakup pelajaran mengepal (nigiri) 3 tahun dan pelajaran menggulung (maki) 8 tahun. Persyaratan formal untuk menjadi ahli sushi sebenarnya tidak ada. Sebagian besar karier ahli sushi justru dimulai sebagai buruh yang dibayar per jam. Keterampilan memilih ikan segar di pasar memang memerlukan pengalaman selama bertahun-tahun. Namun, keterampilan mengepal nasi sudah dikuasai oleh robot pembuat sushi.

Cara menghitung nigirizushi
Dalam bahasa Jepang, Nigirizushi tidak dihitung bukan berdasarkan jumlah kepal (buah), melainkan jumlah porsi yang disebut kan (, かん?) dengan berat 1 kan sekitar 40-50 gram (kira-kira sama dengan 2 buah sushi). Nigirizushi 1 kan berarti satu porsi (1 piring) nigirizushi yang terdiri dari 2 buah sushi. Sementara itu, 1/2 kan berarti 1 buah sushi, walaupun 1 kan dapat saja terdiri dari 1 buah sushi bila neta tersebut besar dan mahal.
Cara menghitung inarizushi juga sama seperti menghitung Nigirizushi, 2 buah Inarizushi sebagai 1 kan (1 porsi) walaupun ada tempat juga yang menghitung per buah.

Istilah khusus
Restoran sushi atau sushi bar di Jepang mempunyai istilah-istilah khusus yang memiliki arti lain dalam bahasa Jepang standar.
  • Agari (teh hijau)
  • Otesho (kecap asin) atau disebut tamari di daerah Kansai
  • Kappa (mentimun)
  • Gari (asinan jahe)
  • Gyoku (tamagoyaki atau dashimaki)
  • Kusa (nori)
  • Gunkan (sushi yang dikelilingi oleh nori)
  • Shari (nasi untuk sushi)
  • Tsume atau nitsume (saus kental rasa manis-asin yang dioleskan pada anago, kerang hamaguri atau neta sejenis yang rasanya hambar)
  • Toro (bagian perut ikan tuna), dibagi-bagi lagi menurut kadar lemak: ootoro dan chutoro
  • Namida atau sabi (wasabi)
  • Haran atau baran (daun hijau penghias sushi, sekarang dipakai daun plastik)
  • Murasaki (kecap asin)


Makizushi
Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
  • Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta (misalnya mentimun atau tuna).
  • Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
  • Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.
Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomakizushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.


Chirashizushi[sunting | sunting sumber]

Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apeljeruk, dan ceri.

Oshizushi

Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
·         Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
·         Masuzushi di Prefektur Toyama
·         Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
·         Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
·         Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi

Narezushi

Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.

Inarizushi

Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.
















CITE
Universitas Bandar Lampung (UBL) siap menggelar Creativity, Innovation, Technology Entrepreneurship (CITE) 2017 pada Senin (23/10/2017) hingga Kamis (26/10/2017) mendatang, di Mahligai Agung Convention Hall, Kampus Dra. Hj. Sri Hayati Barusman Pascasarjana, kampus setempat.
“CITE 2017 merupakan ajang yang mewadahi komunitas peneliti, komunitas pemerhati, dan komunitas investor dalam menumbuh kembangkan keilmuaan dan teknologi berbasis kreativitas, inovasi, teknologi, dan wirausaha,” kata Rektor UBL, Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, MBA, di ruang kerjanya, Kampus Drs. H. RM Barusman Selasa (17/10/2017). Yusuf Barusman menjelaskan kegiatan ini memiliki visi Indonesia berkarya kreatif, inovatif, berteknologi, dan berjiwa kewirausahaan. “Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk terus berkarya, menyelaraskan karya berbasis teknologi dan mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk berkarya dan mencipta,” kata dia.
Terkait teknis kegitan ini, Kepala Biro, Humas, Marketing dan Kerja Sama UBL, Indriati Agustina Gultom, menjelaskan CITE 2017 akan menyajikan empat event besar yang akan memberikan inspirasi, exploitasi, dan expansi hasil riset. Event pertama yang akan dihelat adalah talkshow. Event ini menghadirkan Rudiantara S.Stat. MBA (Menteri Komunikasi dan Informatika).Kemudian, akan hadir pula Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) Dr. Unggul Priyatna, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Bambang Subiyanto, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN) Prof. Thomas Djamaluddin, PT Unistellar Global Korpora Iman Camil, dan Riza Muhida, PhD, hli Drone dan Robot Universitas Bandar Lampung.

Kemudian, event kedua yakni Anugerah Inovasi 2017. Event tersebut adalah ajang penghargaan anugerah inovasi daerah tahunan besutan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Lampung bagi pelajar, umum, dan peneliti. Sedangkan event ketiga adalah Concurrent Sesion. Event ini memberikan kesempatan bagi para peneliti dan penemu untuk dapat mempresentasikan hasil karya mereka dan dipertemukan dengan pemilik bisnis untuk dapat memulai ke arah komersialisasi. Sementara itu, event terakhir adalah The Fourth International Conference On Engineering And Technology Development (4th ICETD). Event terakhir ini merupakan ajang konferensi tahunan internasional di bidang teknik dan perkembangan teknologi yang digelar oleh UBL.

Kegiatan itu akan menghadirkan pembicara utama yaitu Prof. Hiroatsu Fukuda, Kitakyushu University, Japan; Associate Prof. Johannes Widodo-National University of Singapore (NUS), Singapore; Prof. Dr. Ing Harianto Hardjasaputra-Universitas Pelita Harapan (UPH), Indonesia; dan Prof. Radianta Triatmadja Universitas Gajah Mada (UGM), Indonesia serta masih banyak lagi para akademisi dan peneliti baik dalam dan luar negeri.Selain itu, CITE 2017 menampilkan expo karya hasil penelitian mahasiswa seluruh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Perusahaan Berbasis IT, SMA/SMK, UKM Mandiri atau Binaan, dan Lembaga Keuangan yang ada di Lampung dan luar Lampung





KPID Award Lampung

Ajang Penghargaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Lampung Award 2017 dibuka dengan "Tema Penyiaran Sehat Menuju Lampung Yang Helaw" yang dilaksanakan di Gedung Mahligai Pasca Sarjana Universitas Bandar LAmpung,Selasa,28 November 2017.
Kegiatan dihadiri Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo, Ketua KPID LAmpung, Ketua DPRD Prov Lampung, Kabid Humas Polda Lampung, Komisioner KPID LAmpung, Kadis Kominfotik, Tokoh Masyarakat, Mahasiswa, Media Dan Penyiar TV, Radio Lampung.

Dalam Sambutannya Ketua KPID Lampung Bpk M.Thamrin S.Hut Mengatakan Kegiatan Ini Merupakan Apresiasi kami kepada penyiar baik media, siaran Tv/ Radio, kami ingin memberikan penghargaan sebanyak 15 kategori yang akan diperebutkan 35 radio dan 20 televisi.

Kategori Buletin Berita Dimenangkan Oleh Radar Tv, Kategori Talks Show dimenangkan Oleh TVRI Lampung, Penyiar Radio Terbaik Dimenangkan Adi Ardiansyah Dari Radio Saba Putra, Penyiar TV Terbaik dimenangkan Oleh Yudiin Samantha Dari Tegar TV dan 11 Kategori Lainnya.Harapannya bahwa Media, Penyiar TV/Radio mempunyai peran besar dalam Pembangunan Provinsi Lampung dan mempunyai satu tekad menuju lampung helaw, saya sangat berterimakasih kepada Gubernur Lampung karena Pak Gubernur Lampung adalah gubernur yang peduli akan penyiaran (Gubernur Lampung Mendapatkan Pengharagaan Sebagai satu satunya Gubernur Yang Peduli Penyiaran Daerah).



Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo Dalam Sambutannya mengatakan,"Untuk Memajukan Penyiaran dan informasi yang ada diprovinsi lampung kita harus memperhatikan kualitas, penyiaran dan informasi harus sehatdan positif, sehingga penyiaran dapat menghadirkan negara dan rasa kebhinekaan pada masyarakat dan tentunya diri kita masing-masing, Selamat Bagi Pemenang Award KPID 2017 Semoga Pemenang Dapat Menjadi Contoh Untuk Kedepannya Dan Bagi Yang Belum Menang Tetap Bersemangat Dan Bersaing Dengan Sehat Dan Positif.

Radio SAI 100 FM meraih KPID Lampung Award untuk kategori Musik dan Informasi. Penyerahan penghargaan KPID Lampung Award 2017 dilakukan di Gedung Pasca Sarjana UBL, Bandar Lampung, Selasa (28/11/2017).SAI Radio 100 FM meraih KPID Lampung Award 2017 untuk kategori Musik dan Informasi. Penghargaan diterima Pemimpin Redaksi Lampung Post, Iskandar ZulkarnainSelain meraih award dikategori Musik dan Informasi, Radio SAI 100 FM juga masuk nominasi untuk kategori Talkhshow dan Presenter Terbaik Narisa Lyandra. Pemimpin Redaksi Lampung Post, Iskandar Zulkarnain mewakili Direktur Utama Radio SAI 100 FM Prianto A Suryono untuk menerima penghargaan yang diserahkan oleh Komisioner KPID Lampung Febriyanto Ponahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar